jelajah baduy dalam, perjalanan penuh misi ( part.1)




(sabtu 20-06-09) jam 7 pagi, tim berkumpul di vihara avalokitesvara rangkasbitung. tim kecil ini yang terdiri dari dokter, biksu, panitia, satu warga baduy luar sebagai penghubung dan beberapa peserta yang menemani termasuk aku.

perjalanan menggunakan minibus menuju ciboleger, karena ciboleger adalah pintu gerbang utama dan resmi menuju baduy. kurang lebih 2 jam dihabiskan menuju tempat ini karena harus melewati beberapa kecamatan seperti aweh, cimarga dan leuwidamar yang jalannya masih kecil, sempit, berkelok dan curam.




sekitar pukul 09.30 rombongan tiba di ciboleger. disambut langsung oleh papan peringatan pemerintah yang intinya menjelaskan bahwa tanah yang kami masuki adalah miliki warga baduy dan setiap perusakan lingkungan akan mendapat sanksi keras dari pemerintah.

ciboleger saat ini sudah cukup mendapat perhatian pemerintah tidak seperti 11 tahun lalu saat aku terakhir kali mengunjungi tempat ini. sudah terdapat wc umum, terminal yang lebih rapi, toko-toko souvenir baduy, dan pertokoan disini.

dari ciboleger kami memasuki desa kaduketung, desa ini termasuk daerah baduy luar yang terluar, namun sudah banyak penduduk non-baduy yang tinggal disini. terdapat sekolah dasar, warung-warung kecil dan pasar. lebih naik lagi ke atas baru terlihat rumah-rumah panggung khas baduy luar. satu hal yang mengejutkan adalah perempuan baduy luar yang aku temui di desa ini mulai menjauh dari kesan kesederhaan. mereka banyak menggunakan kalung emas ( entah asli atau imitasi) dan wajah yang berbedak. sangat berbeda dari 11 tahun yang lalu.

mendaki lagi lebih ke atas melewati jalan berundak tanah yang keras khas pedesaan. kami memasuki desa kaduketer. kami menjumpai rombongan lelaki baduy luar yang berlawanan arah dengan kami. lelaki baduy luar dapat dikenali dari pakaiannya yang berwana hitam dan bertutup kepala motif warna biru-hitam. selain itu masyarakat baduy terbiasa untuk berjalan beriringan seperti baris-berbaris. entah jalannya sempit ataupun luas mereka jarang sekali saling mendahului diantara sesama peserta rombongan.



jalanan sehabis desa kaduketer mulai agak curam. karena malam sebelumnya sempat hujan. jalanan
jadi lengket oleh tanah liat, setelah melewati kali ( sungai kecil) berair bening yang kira-kira sepanjang 3 meter dengan kedalaman 20cm kami mencapai desa belimbing. di desa ini aku menyaksikan sekitar 30an lelaki baduy, mulai dari yang paruh baya, dewasa, remaja, sampai anak kecil berumur kira-kira 10 tahun bekerja sama membangun rumah. pagi itu baru fondasi rumah panggung yang terbentuk. pembagian tugasnya pun cukup tertata,ada yang menganyam daun untuk atap, memotong kayu, memasang tiang-tiang dan menganyam bilik.

sehabis desa ini. trek sesunguhnya baru terasa. kiri kanan kami sudah tidak ada rumah-rumah panggung. sepanjang mata memandang hanya semak-semak dan sedikit ladang sempit. jalanan sudah didominasi tanah merah basah. setelah melewati 2 bukit kami akhirnya mencapai desa gajeboh. suasana kali ini agak berbeda dari desa sebelumnya. di panggung luar rumah yang paling besar, warga baduy di desa ini makan bersama di atas daun pisang. menurut penjelasan olot pulung warga baduy luar yang jadi guide kami. mereka sedang ngariung (makan bersama) memperingati nujuhan.

nujuhan adalah upacara peringatan tujuh hari kematian. kembali dari penjelasan olot ( olot adalah panggilan khas untuk orang baduy yang lebih tua, sperti bapak atau om dalam bahasa indonesia) saat orang baduy meninggal, jenazah tidak disemayamkan terlalu lama seperti yang biasa kita temui di kebudayaan lainnya. setelah didoakan oleh tetua setempat, jenazah langsung dikuburkan.sehabis itu baru dilaksanakan upacara nujuhan di hari ke tujuh. yang unik kuburanpun hanya berupa gundukan tanah, tanpa nisan. nanti setelah gundukan rata dengan tanah. mereka bisa saja membuka ladang di atas makam itu.

berjalan lagi lebih ke atas akhirnya kami memasuki desa cicakal. desa terakhir dari wilayah baduy luar. setelah menghabiskan 3 jam perjalanan naik turun bukit kami beristirahat disini. kami berteduh di rumah paling besar di desa ini. ternyata itu rumah milik olot pulung. olot pulung adalah jaro (ketua dari desa, atau yang dituakan). jadi merasa bersalah dan malu tadi bicara bahasa sunda kasar kepadanya(memang bisanya cuma itu ;p) .

dan yang juga tidak aku ketahui sebelumnya adalah dokter yang ikut bersama kami adalah koordinator bidan-bidan yang dikirim ke pedalaman daerah banten seperti baduy ini. dan rumah olot pulung adalah rumah sekaligus posyandu darurat. pantas saja olot pulung mau jauh-jauh dari desa ini menjemput kami ke rangkasbitung dan menggotong sebagian besar perbekalan kami.


##############

flashback ke 8 hari sebelumnya
(12-06-09) sore hari. sepulang dari rumah dendy dan kost yogi di jakarta. gw iseng-iseng pengen maen ke rumah temen-temen smp gw. pilihan pertama dan satu-satunya adalah rumah sandi. kenapa? karena dia punya toko dan pasti ada di rumah sedangkan temen-temen yang laen kuliah di jakarta dan bandung blom pada libur. sore itu gua bener-bener beruntung. di sore yang panas dan berdebu ga lama setelah gw dateng lalu ngobrol-ngobrol dateng cici yosi cicinya sandi yang naik becak bawa kelapa muda. tambah lengkap deh ngobrol plus minum aer kelapa.

iseng-iseng ngobrol gw nanya apa ada orang baduy yang belanja di tokonya. coz gw punya niat buat moto mereka. kata sandi acara orang baduy ngasih upeti ke bupati rangkas dah lewat 2 minggu kemaren. kata sandi gw mending maen langsung ke baduynya aja. trus dya jelasin deh angkot-angkot yang menuju ke ciboleger.

tau-tau dateng bokapnya sandi. dya malah cerita klo rombongan vihara kemaren biz baksos ke baduy luar. asik bener dya cerita. skaligus ngasi rekomendasi penting klo gw mau ke baduy lagi. iseng-iseng basa-basi gw ngomong klo ada acara lagi gw supaya diajak. ehh tau-tau bokapnya sandi bilang klo tgl.20 rombongan vihara mau berangkat lagi. tapi ke baduy dalem bareng ma biksu dan dokter yang mau berkunjung kesana. gw diajak dan didaftarin langsung. tanpa biaya sepeserpun ma bokapnya sandi. sandi akhirnya juga ikut karena ada temen. trus dya juga ngajak yogi temen smp gw yang tgl.20 dah libur. ehh tau-tau cici yosi juga pengen ikut.

gw ngerasa benar-benar beruntung. karena birokrasi ke baduy dalem bener-benr sulit dan berbelit-belit. selain kita harus ngurus ke koramil dan departemen2 yg laen. kita juga harus ngurus perizinan ke baduy dalem melalui orang baduy luar yang berpengaruh. itupun belum tentu dikabulin. bisa habis beberapa bulan dan banyak biaya kalau mengurus sendiri. gw bener-bener sangat berterimakasih ma sandy n family secara khusus dan umat vihara avalokitesvara yang dengan tangan terbuka mendanai perjalanan ini.

################

(12.40) setelah makan siang dan istirahat, tidak lupa foto-foto. kami segera berangkat lagi ke atas. menuju baduy dalem. trek kali ini baru menguji kesungguhan kami. keluar dari desa cicakal kami langsung ditantang oleh jalan terjal panjang bertanah merah lembek. matahari sudah tepat di atas kami. selain karena kekenyangan, yang melemahkan kami adalah panas yang menyengat.

setelah melewati kira-kira 3 bukit dengan kondisi seperti itu. kami memasuki daerah hutan bambu. perjalanan jadi lebih sejuk karena rindangnya pepohonan. di sepanjang jalanan ditemui bambu-bambu yang sambung-menyambung menyerupai pipa-pipa air dari mata air menuju perkampungan yang tadi kami lewati. namun, karena banyak jalan yang tidak terkena matahari langsung.kondisi jadi lebih lembab. banyak ditemui lumut di sepanjang jalan. selain itu jalan jadi lebih becek dan berair. dan bila kita berhenti agak lama untuk beristirahat. bisa dipastikan kaki dan tangan jadi gatal karena dikerumuni nyamuk-nyamuk hutan yang cukup besar




akhirnya kami memasuki tanah yang sesungguhnya dari baduy dalem. ditandai dengan jembatan bambu yang menghubungkan kami di atas sungai sepanjang 12 meter. disana dipasang plang bertuliskan "batas baduy dalem-baduy luar". ketua panitia melarang kami mengeluarkan semua alat elektronik. termasuk kamera , jam tangan, dam handphone. setelah melewati jembatan itu.

salah satu keunikan jembatan baduy adalah tidak terdapat paku dalam setiap sambungannya. konstruksi hanya mengandalkan pasak dan tali temali. sehingga setiap kami melangkah jembatan berdenyit dan bergoyang.


terdapat perbedaan drastis antara kondisi lahan baduy dalem dan baduy luar. kondisi lahan baduy dalem lebih hijau dan rindang dibandingkan baduy luar yang penuh ladang. tantangan tidak berhenti sampai disitu. setelah melewati hutan bambu dan jembatan bambu . kami harus melewati perbukitan dengan menyusuri kakinya. yang membuat ngeri adalah di sebagian trek kaki bukit itu berbatasan langsung dengan sungai yang cukup deras. memang kalau tergelincir tidak akan langsung jatuh ke sungai tapi tersangkut dulu di pepohonan yang rindang di tepian sungai. tapi tetap saja ngeri kalau melihat ke bawah.

sehabis mendaki bukit yang tidak terlalu tinggi. kami memasuki lumbung padi khas baduy dalem. menurut penuturan dokter priyono lumbung padi ini semua dikerjakan hanya mengandalkan pasak dan tali-temali. memotong kayunya menggunakan golok, karena mereka tidak diperbolehkan mengunakan alat lain selain itu. lalu di batas antar tiang penyangga dengan lumbung dipasang kayu berbentuk bulat untuk mencegah tikus bisa masuk. mirip sekali dengan lumbung-lumbung di daerah bali.

(15.20) setelah beberapa kali melewati hutan dan lumbung padi akhirnya kami mencapai sungai dangkal berbatu dan berarus deras. sungai ini adalah pintu masuk menuju desa cibeo yaitu desa terbesar dari 3 desa di baduy dalem. kami membersihkan badan di sungai itu sambil . menunggu teman kami yang masuk dulu menemui jaro

akhirnya jaro di dalam mengizinkan kami masuk. dari hutan yang sepi kami memasuki perkampungan yang ramai. ibu-ibu menumbuk padi dan anak-anak kecil berlarian. kesan pertamaku adalah kemana laki-laki di desa ini. kami langsung menuju rumah jaro setempat di tengah perkampungan.

rumah jaro baduy dalem berupa panggung yang hampir keseluruhan material bangunan dari bambu. lebarnya sekitar 7x7meter. dengan ruang di pojok sekitar 3x2 meter berfungsi sebagai kamar. . di sudut lain terdapat dapur dengan kayu sebagai bahan bakar. sisanya adalah ruang lapang luas serba guna yang berfungsi sebagai ruang makan, ruang tamu, dll.tinggi panjang fondasi bambu di baduy benar-benar menyesuaikan kondisi tanah. karena hukum adat melarang warganya untuk memacul dan membalik tanah. penerangan hanya mengandalkan lilin dan lampu minyak.

banyak hal yang kutemui di luar, yang cukup menarik adalah anak-anak baduy dalem. mereka sudah terbiasa dan terampil menggunakan golok dari kecil. hampir setiap anak kecil yang aku temui terikat golok di pinggangnya. golok tersebut adalah alat serba guna bagi mereka dan akan terus bersama sampai mati. hal itu bisa dimaklumi karena hukum adat tidak mentolerir alat lain seperti cangkul, gergaji,paku d



hal yang menarik lainnya dan yang mungkin paling menarik. perempuan-perempuan muda baduy sudah dinikahkan sejak usia muda. banyak dari mereka yang kuterka dari fisiknya sekitar berumur belasan sudah menggendong anak. perempuan baduy itu cantik alami. hampir kebanyakan mereka berkulit putih mulus, berambut hitam lebat, dan bermata besar dengan kelopak yang tebal. hebatnya lagi aku tidak menemui jerawat di wajah gadis-gadis yang sedang puber itu. di siang hari mereka senang berkumpul di depan rumah untuk mengobrol sambil menyusui anaknya. (jadi betah deh gw keliling-keliling siang hari ;p).

setelah puas berkeliling-keliling aku menuju lapangan luas di ujung desa. disini pertanyaanku terjawab. puluhan lelaki-lelaki baduy yang kuanggap hilang itu bergotong-royong membangun rumah warga. beberapa waktu yang lalu telah terjadi kebakaran disini. mereka bekerja tapi seperti anak SMA yang sedang tawuran. berisik sekali saling perintah. tapi mulut dan tangan bekerja sama cepatnya. setelah beberapa saat aku keliling desa dan kembali melihat mereka, rumah itu sudah hampir jadi. hanya tinggal penyelesaian akhir untuk mencegah kebocoran.

yang membedakan lelaki baduy dalem dan baduy luar adalah tutup kepala dan pakaiannya. lelaki baduy dalem menggunakan pakaian berwarna putih dan kain penutup kepala putih. celana bisa saja berwarna putih atau hitam. berbeda dengan baduy luar yang hitam-hitam. gigi merekapun besar-besar dan tidak kotor karena mereka rajin nyirih (menginang) dan tidak lupa selalu terpasang golok di pinggang mereka.

to be continued....................

Comments

  1. gile beruntung banget bisa ke baduy dalam, udah gitu tinggal berangkat aja pula tanpa perlu ngurus izin apapun. :)

    deskripsinya tentang kehidupan masyarakat baduy dalam bikin saya ngebet mau ke sana. entah kapan, yang pasti masuk dalam daftar tujuan. :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bu RT, Our Mother who art in Gang Pertolongan

kenapa saya keluar seminari ?

Kita Masih Terlalu Muda Untuk Mati