FTV n fenomenanya

7 dari 10 teman saya yang biasa mulai kuliah di siang hari mengaku menghabiskan waktu paginya menonton FTV di salah satu stasiun televisi swasta, awalnya saya senang sekali mengejek mereka karena menghabiskan waktu pagi yang berharga (untuk beraktivitas, untuk menikmati matahari pagi, atau membaca koran) hanya untuk larut dalam romantisme, dan tentunya bisa mempengaruhi mood keseluruhan hari nantinya.

Tapi semua itu berbalik semenjak libur pulang ke kota kelahiran kemarin, saya benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan, teman-teman masa kecil tidak ada yang pulang kampung karena semua sekolah ke luar kota, koneksi internet tidak ada, buku-buku sudah berkali-kali dibaca, mau membersihkan rumah ada pembantu yang tersedia, koran daerah yang adapun habis dibaca dalam 30 menit karena tipis dan kualitas berita yang rendah, mau sewa film rentalnya jauh dari rumah, setelah stress karena have nothing to do akhirnya saya selama 6 hari jatuh sakit, jadi mau tidak mau saya harus mengakui hiburan satu-satunya adalah menonton TV, aktivitas yang sejak dulu saya anggap paling tidak berguna.

Bangun pagi-pagi sambil sarapan bubur ayam yang hangat tersedia di ruang makan (nikmatnya tidak perlu beli seperti di jogja) langsung menyalakan TV, diawali dengan berita pagi, lalu acara musik (yang pengunjungnya bisa kompak banget pas joged2 di depan stage) ,infotainment, lalu FTV, makan siang, FTV lagi, tidur siang, acara hipnotis (dari pesulap item jelek dengan anaknya yang lucu), berita sore, makan malam, nonton bareng sinetron sore ( yang hobinya nuker2 anak perempuan) dan sinetron malam, lalu tengah malam sebelum tidur ada FTV lagi...

Walaupun awalnya membosankan harus diakui televisi adalah candu, setelah terbiasa seakan-akan selalu ada hal yang menarik setiap selesai satu acara karena terus sambung-menyambung dengan acara lain, ditambah dengan remote yang selalu di tangan, setiap iklan bisa langsung diganti ke acara lain, apalagi dengan kemajuan sekarang bisa melihat acara dari stasiun televisi luar negeri, nikmat sudah menghabiskan waktu sepanjang hari dengan duduk diam bermalas-malasan seperti orang kena hipnotis.

Tapi dari semua acara yang ada, yang paling menarik adalah FTV, kenapa?? Setelah saya mencoba berpikir keras kenapa, akhirnya saya bisa menemukan beberapa alasan : karena ceritanya pendek sehingga kita bisa mendapatkan semua sensasi hanya dalam 2 jam ( bertemu, jatuh cinta, sedih, konflik lalu happy ending), ceritanya tidak bertele-tele sangat mudah ditebak, aktor dan aktrisnya berpenampilan menarik walupun tidak semuanya terkenal (jadi di dalam otak wajah-wajah mereka masih segar dilihat karena tidak sering muncul di TV), setiap hari selalu ada cerita-cerita segar, skenario yang mengambil kehidupan sehari-hari jadi penonton mungkin pernah mengalami kejadian yang sama, peran yang masih bisa diterima akal sehat (yang peran jahat tidak jahat banget dan hobinya menindas dengan mata melotot dan muka judes dan tertawa keras hahahhahahha, yang peran baik tidak baik banget yang lemah dan hobinya ditindas tanpa perlawanan dan menangis sesenggukan hukz..hukz...) , dan tempat syuting yang selalu berlokasi di daerah-daerah pariwisata dengan bau-bau kultur yang berbeda pula ( biasanya klo cerita kerasnya cerita cinta metropolitan ya di jakarta, klo cerita orang kaya jakarta yang melarikan diri biasanya ke daerah pelosok jawa barat-seringnya ciamis—dimana banyak sawah dan gadis yang mandi di sungai, klo cerita perjuangan anak muda mencari kebebasan dan cinta ya di bali, kalau bercerita tentang kisah cinta orang yang sederhana polos lugu lemah-lembut klemar-klemer ya di jogja (menyebalkan sekali kenapa jogja harus ditampilkan seperti itu!!!!!) FTV memang penuh stereotype umum

Okey bicara tentang FTV dengan lokasi syuting di jogjakarta, biasanya produser akan mengambil tempat dengan latar belakang alun-alun , taman sari, keraton, malioboro, kaliurang, kantor pos besar , pasar beringharjo dan kllitikan, plengkung gading, dan daerah bantul yang penuh persawahan untuk menampilkan sisi ndeso jogja.

Karena saya sangat tahu seluk-beluk jogja dan segala macam tempatnya serta hafal jarak-jarak antar setiap tempatnya, kadang jadi terasa sangat ganjil saat melihat bagian-bagian cerita di FTV. Contohnya : kalau ceritanya tentang keluarga yang sangat ndeso di daerah persawahan(dengan BG daerah bantul pelosok) dan si tokoh utama menuntun sepeda keluar rumah tahu-tahu depan rumahnya kantor pos besar yang aslinya ada di tengah kota (berjarak hampir 20km), ada tokoh yang sedang merenung di plengkung gading karena bimbang tau-tau berlari untuk menemui kekasihnya yang ada di daerah kali urang dan ngos-ngosan saat tiba ( gimana ga ngos2an klo lari dari plengkung gading ke kaliurang yang naek motor ja bisa abis 1,5 jam) dan masih banyak-banyak banget contoh kaco lainnya.

Memang buat para penikmat FTV komen saya ini menyebalkan, ada yang bilang “dinikmatin aja napa?”, “biarin, namanya juga film”, “ikh rese bgt dah lu’.. gapapa..gapapa... tapi saya bisa menikmati hal-hal lucu dari ke-tidak-masuk-akal-an itu,saya bisa membuat cerita FTV yang sangat sedih jadi tampak sangat lucu saat melihatnya dengan persepsi kritis dan pikiran yang liar

Okey.... setelah sekian panjang cerita.. sekarang kita masuk ke cerita sebenarnya

Lho mas??? Bukannya udah slese critanya

Blum... yang atas ntu gak penting, jadi mau kamu lewat baca juga gapapa... nee crita sebenarnya

Koq mas ga bilang???

Lha....kamu ga nanya...

Kemaren, di tengah-tengah hari jogja yang panas menyengat, waktu saya yang kurang kerjaan chat sepanjang hari, sempat ngobrol denga ledita, teman lama yang sudah sekian tahun tidak bertemu, walaupun kami satu kota, satu universitas, hanya beda fakultas dan gedung.

Singkat kata, saudara perempuannya dari surabaya sedang berlibur di jogja, dan hari ini dia mau keliling-keliling jogja, sempat ragu-ragu juga waktu mau ikut, karena tujuan mereka belanja ke malioboro, buat mahasiswa jogja yang hobi keluyuran dan nongkrong seperti saya, malioboro bukan tempat yang menarik lagi untuk dikunjungi, karena mungkin sudah puluhan kali melewati jalan-jalan itu, mencium bau khas kotoran kuda di sepanjang jalan, melihat-lihat batik atau sekedar duduk-duduk di bangku taman perempatan kantor pos besar.Tapi daripada di kos melulu akhirnya saya tergerak untuk ikut jalan-jalan sore mereka, minimal bisa melarikan diri dari suasana membosankan kamar kos.

Akhirnya kami putuskan untuk naik transjogja, karena kata dita dan saudara perempuannya--sebut saja ting--- (bukan nama sebenarnya) ingin mencoba moda transportasi yang tergolong baru di jogja itu. Cukup mengejutkan saat tahu ting ingin mengunjungi tempat-tempat yang sering dipakai syuting FTV, katanya siapa tahu beneran ada yang syuting dan kita ikutan. Ide ini benar-benar mengejutkan tapi juga memompa semangat saya untuk jadi guide mereka, walaupun saya sering mengunjungi tempat-tempat itu tapi bertemu sesama fans FTV (walaupun Cuma selama liburan di rumah) ternyata cukup mengasyikan, siapa tahu kisah kami bisa seperti di FTV huahahhahhahhaha

Comments

  1. gokil artikel lo bos haha cape gue ketawa mulu haha, apalagi pas bagian tuker tukeran anak haaha.. emang rcti gue perhatiin demen bener sama sinetron tuker tukeran anak haha kalo abis 1 ya penggantinya gitu lagi haha , salam kenal bos , gue ini salah satu pecinta FTV malam hahaha,
    thanks ya artikelnya bikin gue seger lagi setelah seharian optimasi seo mulu uuuh cape

    ReplyDelete
  2. astaga ngee.... ngapa lo ga ngajak gw nonton FTV bareng??? hahaha... gueh juga ga ada kerjaan neh selama liburan.

    ReplyDelete
  3. Tenang, gw kadang2 juga nonton FTV kog.... trus gw pura2 nonton sambil nyela2 gitu supaya ga ketauan sama org rumah klo gw doyan nonton sinetron norak wkwkwkwkk...

    ReplyDelete
  4. sumpah .. yg ini konyol .. lucuu2 ... truz, uda kayak FTV bloom tuu crita kalian itu? hahahaha .

    ReplyDelete
  5. setuju kang.. stereotip yg umum terjadi selalu di munculkan di ftv.. :(

    http://www.psholic.com/2011/01/james-ponds.html

    ReplyDelete
  6. maksudnya apaan tuh?gak ngerti ha...xx yg jelas suka gk suka FTV bakal nongol terus ha...xx

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bu RT, Our Mother who art in Gang Pertolongan

kenapa saya keluar seminari ?

Kita Masih Terlalu Muda Untuk Mati