Kepedulianmu atas ketidak-teraturanku



Lelaki itu memandang monitornya, tak percaya sungguh, kalau ia melewatkan hari ulang tahun perempuan itu. Dia terlambat untuk menyadari kalau perempuan itu genap berumur 21 tahun 4 hari yang lalu. Selama ini ia tidak pernah menyesal atau merasa bersalah sedikitpun saat lupa mengingat ulang tahun temannya. Tapi kali ini berbeda, lelaki itu benar-benar ingin mengucapkannya , lelaki itu sungguh ingin menjabat tangannya lalu tersenyum lebar atau sekedar mengacak-acak rambutnya dan bilang “ aku sedih kamu bertambah tua tapi aku bahagia kamu selalu memilih menjadi dewasa” atau bisa juga dilanjutkan “ terima kasih walaupun kamu selalu dewasa tetap mau 3 tahun berteman denganku yang sering kekanakan:”

Perempuan itu adalah salah satu teman baiknya, ia kenal sejak pertama kali mulai masuk kelas. Saat itu, tidak ada yang special di matanya, tapi mereka langsung akrab tidak beberapa lama. Masi segar di benak lelaki itu apa yang mereka lakukan berdua di awal-awal kuliah. Sangat sering di setiap minggunya mereka pergi ke salah satu mall terbesar di Yogyakarta. Tidak membeli apa-apa, hanya jalan-jalan lihat-lihat keluar masuk toko, makan roti yang lagi trend saat itu sambil ngobrol berjam-jam menunggu sore, terkadang juga main basket di pagi hari.

Walaupun di tahun kedua mereka sudah sangat jarang bersama. Lelaki itu bahagia di dunianya sendiri dan teralihkan perhatiannya pada teman-teman perempuan yang lain. Perempuan itupun menemukan passion di komunitasnya sendiri serta sudah menentukan lelaki yang akan selalu menemani dalam sedih-senangnya serta dapat selalu menjaga hatinya. Sampai sekarangpun mereka masih hidup di dunia masing-masing seperti ini.

Tapi buat lelaki itu, perempuan tersebut tetap menempati posisi berbeda dibandingkan teman-teman perempuannya yang lain. Dan lelaki itu sangat tahu kenapa. Karena perempuan itu tidak datang hanya untuk bercerita tentang dirinya, tidak minta bertemu hanya karena ingin ditemani, tidak sekedar sms untuk bilang “ge pain?” atau “dah makan blum?” yang tentunya berlanjut dengan makan bersama, tidak minta ditemani nonton film terbaru, tidak sms-an karena blum bisa tidur,dan tidak-tidak yang lainnya.

Tapi Perempuan itu peduli dengan ketidak-teraturan lelaki itu.

Semester ini mereka sudah sangat jarang sekelas, hanya 1 kelas mungkin mereka bersama. Ia sangat tahu kebiasaan perempuan itu di kelas, tertidur sambil duduk dan pasti tidak berapa lama dosen akan menegurnya, tapi lelaki itu akan menginjak kakinya, memencet jarinya, menggoyang-goyang badannya, atau menarik-narik rambutnya supaya perempuan itu kembali terjaga. Selama ia ada, takkan ia biarkan perempuan itu mendapat malu. Ia tidak pernah tahu ada apa dengan perempuan itu tetapi tidak pernah khawatir karena ia yakin perempuan itu sosok kuat yang bisa menangani hidupnya sendiri. Pernah suatu kali ia tidak masuk kelas, dan rupanya besok ada tugas. perempuan itu satu-satunya yang mengirim sms untuk mengingatkan, ia tahu bagi perempuan itu hal ini biasa, tapi buatnya sms itu berharga. Walaupun memang masuk atau tidak masuk ia tidak akan pernah mengerjakan tugas kuliah, ia terlalu yakin pada dirinya sendiri kalau tanpa mengerjakan tugaspun nilai minimal B bisa diraih. Tapi saat di kelas perempuan itu menanyakan lagi tugas tersebut, ia hanya bisa menjawab dengan senyuman terpaksa . Perempuan itu tidak tahu di dalam hatinya ada perasaan bersalah yang tidak bisa ia jelaskan karena pengabaian itu.

Sering perempuan itu main ke kostnya, sekedar menunggu jeda kuliah. Dan si perempuan itu yang sering mengingatkan kalau kamarnya sudah mulai kotor, berantakan tak berbentuk. ia tahu bagi perempuan itu hal ini biasa, tapi buatnya peringatan itu sangat berarti. Walaupun ia pun tidak akan membereskan kamarnya karena di sore hari teman-teman yang lain akan datang dan kembali mengacak-acak kamar itu.

Perempuan itu juga yang menulis “BELI GITAR DAN KIPAS ANGIN GEDE” besar-besar di must have list kamarnya. Karena menurutnya kipas angin kecil lelaki itu tidak cukup mendinginkan kamar dan kamar yang panas tidak nyaman untuk belajar. ia tahu bagi perempuan itu hal ini biasa, tapi buatnya tulisan itu sangat bernilai. Meskipun ia tidak akan mengganti kipas angin, karena kamar yang berantakan dan panas saja banyak yang datang apalagi kalau rapi dan dingin.

Lelaki itu kini belajar lagi memainkan biola, setelah sekian tahun berhenti. Karena obrolan bodoh dengan perempuan itu. “ehh,cowok ntu yah harus bisa main alat music, soalnya cewek ntu suka cowok yang bisa main alat music, pantes sampe hari gini lu masi jomblo, lu beli gitar sana nti gw kasi tau kunci-kuncinya n gw ajarin mainnya” lalu perempuan itu tebalkan lagi tuliskan BELI GITAR di must have list. ia tahu bagi perempuan itu hal ini biasa, tapi buatnya obrolan itu sangat bernilai. Ia ingin bisa bermain biola bukan karena ingin menarik perhatian perempuan-perempuan lain, karena baginya banyak cara lain untuk menarik perhatian perempuan. Tapi ia ingin sekali saja menunjukan kalau ia selama ini mendengarkan dan memperhatikan apa yang perempuan itu bilang. Sekali saja sudah lebih dari cukup baginya.

Perasaan bersalah itu berlipat ganda saat ia melihat buku kecil di samping monitornya, di halaman pertama tertulis “happy birthday yah…! Sorry gw cm ngasih buku kecil ini bwt lw. Semoga dengan buku ini hidup lw bisa berjalan lebih baik lagi untuk mencapai semua impian lw. Dan lw bisa tetep terbuka untuk menerima saran dan kritik dari siapapun” masih membekas di ingatannya saat perempuan itu memberikan buku tersebut dengan pembungkus kertas kado warna biru di hari ulang tahunnya.

ia tahu bagi perempuan itu hal ini biasa, tapi buatnya hadiah itu sangat berkesan. Ia sudah lupa kapan terakhir kali ia mendapat hadiah ulang tahun dengan bungkus kado yang berwarna-warni, mungkin hampir tidak pernah. Dari kecil Saat ia ulang tahun ayah dan ibunya selalu memberi uang supaya ia bisa membeli mainan yang dimau, kakaknya selalu bertanya ia mau apa dan akan dibelikan, teman-temannya dulu dan sekarang saat memberi hadiah pasti tanpa pembungkus dan tanpa kejutan yang berarti.

Dari kecil ia sudah mengubur dalam-dalam hasrat itu, sensasi membuka bungkus kado dan menerka-nerka apa isinya. Dan kemarin di hari ulang tahunnya yang le-21 saat dia sudah tidak pernah mengharapkan lagi hadiah berbungkus kado, dia mendapatkannya. Hal itu seperti mimpi yang menjadi nyata baginya.

Dan kini hasrat itu semakin menggebu, ia ingin menemui perempuan itu lalu mengacak-acak rambutnya dan sekedar bilang “ met ulang tahun yah, makasi mpe setua ini masi mau jadi temen gw”. Lalu sekedar dilanjutkan dalam hati “ makasi juga atas kepedulianmu akan ketidak-teraturanku, aku tahu buatmu hal ini biasa, tapi buatku itu luar biasa”.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bu RT, Our Mother who art in Gang Pertolongan

kenapa saya keluar seminari ?

Kita Masih Terlalu Muda Untuk Mati