Teman = Penitipan mimpi


(“Teman itu adalah tempat dimana kamu bisa menitipkan mimpi-mimpi kamu. Jadi, saat suatu hari nanti kamu kehilangan arah, teman-temanmu lah yang nantinya akan mencoba untuk mengingatkan kamu akan mimpi-mimpi yang harus kamu capai.” Lanjut si perempuan lirih, )





Ielaki itu duduk di depan kamarnya, mencari sedikit belaian angin karena tubuh itu sudah tidak mampu mentolerir panas di dalam kamarnya. Ditemani segelas es teh yang sudah tidak dingin. Melihat langit yang cukup terang karena malam ini saatnya bulan unjuk diri.



Tinggal dalam hitungan jam waktu hidupnya genap berkurang 1 tahun, lelaki itu tidak begitu antusias seperti orang pada umumnya saat mereka akan melewati lagi hari kelahirannya. Tidak ada dalam benaknya untuk berpesta, karena selama ini ia cukup sering berpesta, walaupun pestanya selalu sederhana, hanya beberapa cangkir coklat dan kopi. Buatnya malam ini terlalu berharga untuk dilewatkan dengan cara biasa.



Malam ini ia berencana sendiri, berniat istirahat, bermaksud menyepi. Karena ia sudah terlalu lelah terus-terusan beraktivitas di keramaian, ia sangat jenuh menghadapi setiap teman-temannya, karena mereka selalu membicarakan rencana-rencana yang sudah setengah berjalan. Hanya malam ini, ia ingin benar-benar intim dengan perasaannya.



Ia mulai mengumpulkan serpih-serpih ingatan di otaknya hanya untuk membuat satu kesimpulan. APA YANG TELAH IA GAPAI DALAM SATU TAHUN INI? Dan ternyata banyak, ia telah meraih banyak hal yang sebenarnya tidak dIduga akan bisa. Tapi apa benar hal-hal itu yang ia inginkan. Dan pertanyaan kuantitatif itu bertransformasi jadi pertanyaan kualitatif “APA YANG SEBENARNYA IA CARI?”



Otaknya memanas tanda mulai bekerja mencari jawaban, tapi tak ada satupun petunjuk mengarah kesana, ia mulai kebingungan, perasaan yang sekian lama ia tekan itu muncul kembali, pertanyaan yang ingin ia bungkam itu kembali bersorak.



Di titik itu rencana malam ini berbalik arah, ya, iya biasa berkata pada orang lain “aku gak mau kamu sendirian” atau “aku gak kan biarin kamu sendirian” dan ia memang selalu menjadi orang yang dicari saat teman-temannya kesepian, sekedar menjadi teman bicara atau pendengar yang baik. tapi di titik itu ia berkata pada dirinya, sesuatu yang hampir tidak pernah ia ucapkan “malam ini, aku gak mau sendirian”



Saat kamu membuat keputusan, seluruh semesta membantumu mewujudkannya. Dan malam ini semesta membuktikannya. Handphone di saku berbunyi. Nama perempuan itu muncul, satu pesan masuk, dengan lembut berbisik “makan yuu..”. dan kali ini lelaki itu tidak menjawab dengan kebisuan, karena ia telah belajar bahwa kesempatan kedua selalu ada tapi semua takkan pernah bisa sama.



selama ini saat mereka bertemu selalu saja ada topic yang berbobot untuk diperbincangkan. Tapi malam ini lelaki itu ingin menghindrai obrolan itu. Ia ingin membicarakan yang remeh-remeh, ia ingin menertawakan dirinya sendiri juga orang lain, ia ingin menertawakan dunia.



Makan malam itu awalnya berjalan seperti yang direncanakan, mereka berbicara hal yang remeh, ringan dan kosong. Tapi pernah ada tertulis “saat orang-orang yang memiliki mimpi-mimpi besar bertemu maka akan tercipta lagi mimpi-mimpi yang lebih besar”. Begitupun mereka saling menceritakan mimpi-mimpinya, dan muncul lagi rencana-rencana besar yang rumit dan kompleks. Dari obrolan ringan menjadi diskusi panjang, selalu seperti biasanya, tak pernah berubah dari saat mereka pertama kali pergi bersama. Dan rencana awal lelaki itu sudah terlupakan.



“jadi mau kamu sekarang apa?” dengan datar lelaki itu memotong pembicaraan. Karena lelaki itu sadar, dirinya juga perempuan itu pada akhirnya kehilangan arah. Ia menenggak coklat panasnya, mencoba meredakan ketegangan menunggu jawaban perempuan itu yang terdiam sejenak.



“Aku mau liburan. Tapi, aku juga nggak mau kesibukan ini berakhir. Aku pengen ngejalanin sesuatu yang aku tahu nggak akan berdampak dan beresiko apa-apa untukku nanti.” Jawabnya kemudian.



Pikiran lelaki itu berontak karena buatnya Itu abstrak, sama saja dengan orang-orang yang bilang ingin bahagia tapi tidak mau merasakan penderitaan. Atau orang-orang yang bilang ingin mencari kebahagiaan padahal mereka berada dalam kebahagiaan itu sendiri. Ia tahu hidup itu pilihan dan pilihan itu sendiri terkadang sulit. Dan buatnya malam ini jawaban itu membangkitkan kesadaran akan kondisi dirinya sendiri. Yang haus jawaban akan apa yang ia inginkan.



-------------------(terhenti 5 bulan lebih)-------------------



Dan lebih baik ia sudahi saja pembicaraan tersebut, daripada menghancurkan malam indah itu, yang juga setiap malam selalu indah saat ia lewatkan bersama si perempuan .



“Sudah jadikan itu refleksi untuk dirimu sendiri malam ini” kalimat terakhir yang lelaki itu ucapkan sebelum mereka beranjak pulang, dan si perempuan hanya tersenyum simpul. Pembiacaraan itu menjadi pekerjaan rumah juga untuk lelaki itu, menjadi refleksi besar yang harus ia hadapi, yaitu menemukan panggilan hidupnya.



Hujan baru berhenti turun, membasahi aspal hitam di sepanjang jalan, memantulkan cahaya-cahaya lampu jalanan, disertai kabut yang sedikit demi sedikit turun, “kamu tahu,aku suka jalan-jalan malam sehabis hujan, karena kota akan memantulkan sisi lainnya yang abstrak di sepanjang jalanan” ucap lelaki itu, sambil memandang tajam ke arah si perempuan yang baru saja selesai memakai helm.



Angin berhembus lembut, meskipun dinginnya menembus tulang, dan motor matic putih itu berjalan perlahan menembus air yang menggenang, membuyarkan refleksi kelap-kelip kota dalam air, dan terhenti karena lampu merah di perempatan sagan .



“Aku selalu suka jalan-jalan waktu malam hari.” Ucap si perempuan yang memajukan kepalanya ke sisi kiri lelaki itu. Ia berbalik, merasakan nafas hangat perempuan itu, dan membalasanya hanya dengan senyum kecil, tanda bahwa iapun begitu.



“Teman itu adalah tempat dimana kamu bisa menitipkan mimpi-mimpi kamu. Jadi, saat suatu hari nanti kamu kehilangan arah, teman-temanmu lah yang nantinya akan mencoba untuk mengingatkan kamu akan mimpi-mimpi yang harus kamu capai.” Lanjut si perempuan lirih,



“ ya, malam ini kita saling menitipkan mimpi, dan aku harap nanti kita masih bisa saling mengingatkan, saat kerasnya dunia mulai menenggelamkan mimpi-mimpi itu’ bisik lelaki itu dalam hati.



Mendekati tengah Malam, saat segelas kopi menemani mata lelaki itu yang siaga, handphonenya berpendar dan satu pesan masuk, perlahan berbisik “katanya, klo msh kecil itu sel2 otak Qta akan brkembang pesat bgt. Tp klo uda tua, sel2 otak Qta malah bakal mati. Jd, sblm sel2 otak lw mati smua, lantaran lw nambah tua, dipake semaksimal mgkn yaa. Jgn pnah lelah bwt brmimpi apalagi lelah utk merajutnya. Nikmati lah 1 thn yg brkurang dlm hdup lw ini. Met mnambah umur n uban yaa ^^”





Mulai ditulis 25 april 2010 pkl 00.21 WIB

Dilanjutkan dan Selesai 08 oktober 2010 pkl 20.12 WIB

Comments

Popular posts from this blog

Bu RT, Our Mother who art in Gang Pertolongan

kenapa saya keluar seminari ?

Kita Masih Terlalu Muda Untuk Mati