menyanyilah, aku mendengarkan

{Menyanyilah, bila kamu tidak sanggup bercerita, aku ada disini untuk mendengarkan, meyakinkan kamu tidak sendirian, walaupun kita sama-sama dalam diam.)



Aku masih tidak menyangka kalau smsmu mingu lalu itu serius, ya karena saat kamu bilang berada dalam situasi yang selama ini aku hindari, aku masih berpikir kamu main-main, seperti biasa kita bercanda, berlagak merajuk, bertingkah main-main seperti bocah SMP. Aku masih tidak menyangka kalau itu sungguhan. Entah karena ketidakpekaanku atau apapun. Tetap saja, Aku tidak pernah menduga kalau kamu sudah tidak lagi diinginkannya.



“jalan-jalan yuk” itu kalimatmu saat itu, dan aku selalu seperti biasa, mengiyakan saja. Walaupun aku tahu harus mengorbankan acara lain yang sudah terencana. Karena kamu, dengan setiap ledakan-ledakan, ketidakpuasan dan argumen-argumenmu untuk selalu menang. Entah kenapa pergi bersamamu selalu lebih menarik. Dan aku masih tetap memilihmu hari ini.



Dan kemarin, saat seperti biasa aku menjenguk blogmu, aku baru benar-benar menyadari maksud sms itu, membuatku merasa bodoh saat aku masih tidak bisa membaca tanda-tanda, saat aku masih menganggap setiap ucapanmu adalah main-main, dan mungkin saja malam itu kamu ingin bercerita lain. Andai saja saat itu aku masih punya kesempatan untuk mendengarkan, menerima sebagian kepedihan yang ingin kamu bagikan.



Dan sore ini, pantai sepanjang sepi, hanya ada kamu dan aku duduk di pasirnya yang halus, menyaksikan jejak-jejak kaki kita yang mengganggu keteraturan pantai perlahan kembali dibenahi oleh gelombang laut. Setelah kekahwatiran sepanjang perjalanan menembus debu, karena kamu yang mengeluh ngantuk semalam suntuk kurang tidur, berkali-kali tertidur di motor yang melaju, walaupun tanpa kamu berkata, kantong matamu yang lebam sudah lebih dulu berbicara, dan aku merasa begitu tenang melihat kamu duduk aman di sebelahku, di atas pasir pantai yang empuk dan di antara angin pantai selatan yang sedang bersahabat.



Dan kita duduk dalam diam, kamu dengan segala campur aduk perasaanmu dan aku dengan segala kekikukanku, kamu mungkin tak pernah menyangka setelah sekian lama kita sering bersama hari ini aku menjadi cukup salah tingkah di dekatmu. Aku sering berada di posisi ini, aku sangat tahu harus bersikap apa, aku mengerti bagaimana sejenak membuat nyaman, aku cukup punya rumusan apa yang harus dikatakan dan terlalu sering dipraktekan, tapi hati kecilku berteriak lantang untuk tidak denganmu.



Sore ini, tanpa segelas coklat panas yang mulai mendingin atau es coklat yang sudah mencair, kita benar-benar dalam diam, mendengarkan paduan suara ombak dan simfoni angin yang menghantam karang. Aku menatapmu tenang, menundukan lepala di atas lutut basahmu, dan aku tahu peranku hanya untuk memastikan kamu tidak merasa sendirian.



Saat kamu perlahan menatapku dan mencoba tersenyum, aku hanya ingin berkata kamu tidak perlu tersenyum saat memang tidak ingin, kamu tidak perlu berteriak pada dunia kalau semua baik-baik saja, kamu tidak harus menunjukan pada semua orang betapa kuatnya kamu saat hatimu remuk redam, kamu tidak harus seperti itu, minimal di depanku, walaupun lidahku tercekat tak berkata, karena buatku kamu tetap perempuan yang hebat walaupun matamu memanas sangat dan sekujur pipimu basah



kamu sudah sangat tahu, aku terbiasa berkata kenapa?.. mengapa?..... itupun yang sangat ingin aku tanyakn , tapi lebih baik tidak karena aku merasa tentu itu tidak akan membuat semua lebih baik, kesempatan untuk bertanya sudah lewat beberapa hari lalu, aku tidak ingin kamu kelelahan menjekaskan hal yang sama, hal yang mungkin sudah semua orang tanyakan. Kembali aku memilih diam. Melanjutkan peran untuk hanya meyakinkan kamu tidak sendirian.



setengah berbisik kamu menyanyi, menyanyilah bila kamu tidak sanggup bercerita, menyanyilah bila ada yang ingin kamu teriakkan, menyanyilah saat banyak perasaan yang ingin kamu hempaskan, menyanyilah karena aku selalu mengagumi suaramu, menyanyilah seperti saat kamu mengudara, menyanyilah aku ada disini untuk mendengarkan, meyakinkan kamu tidak sendirian, walaupun aku selalu diam



(Dan saat kamu bernyanyi aku tidak ingin mengiringi, karena kamu sendiri tahu hal itu hanya akan merusak harmoni.)


“malam ini ada acara ga?” tanyamu saat sore mulai pekat, ingatanku berteriak bahwa malam ini sudah ada yang menunggu, tapi hati kecilku bersorak kalau peranku belum selesai, aku masih ingin menemanimu malam ini. “lanjutin hari ini sampai akhir yuk” lanjutmu.



Dan di tengah hujan deras menuju jogja, aku sangat sadar kalau sudah melanggar aturan yang aku buat sendiri, yang sama-sama kita tahu, kalau aku tidak akan melewatkan malam minggu bersamamu. Tapi malam ini aku tidak peduli.


Mari kita habiskan malam ini!!

Comments

  1. sepertinya saya pernah mengalami hal serupa. :p

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bu RT, Our Mother who art in Gang Pertolongan

kenapa saya keluar seminari ?

Kita Masih Terlalu Muda Untuk Mati