telusur lombok part.3 ---apakah aku harus mempertanyakan segalanya?---



“Apakah manusia benar-benar telah bisa menaklukan alam?”tanyaku pada bagian lain diriku. “aku rasa tidak, manusia hanya berhasil mengakali alam sekitar dengan menggunakan bagian dari alam itu untuk bertahan dari keganasannya” jawabnya.

Ombak ganas berdebur pecah menghantam karang, membangunkanku dari keautisan itu. Aku berdiri di tebing tinggi pantai mawek mengagumi garis pantai yang melengkung dengan airnya yang biru. “andaikan dia ada disini berbagi cerita mengenai kehidupan itu tentu hidup tidak akan sekering ini” harapan itu datang lagi, keinginan yang direpresi.




Dari ketinggian aku lihat tyaspun sedang autis dengan kamera dan tripodnya. Mencoba mengabadikan citra diri di sisa-sisa masa mudanya. “Mengapa manusia senang sekali melihat dirinya sendiri?” tanyaku. dan akupun tertawa., menertawakan dirinya dan diriku sendiri.

Kudatangi tyas, dengan merayap di celah-celah batuan yang berlubang terkikis angin akhirnya aku bisa turun ke pasir yang terlalu gembur itu. ‘tyas, kira-kira mereka khawatir ngga yah kita ga ada?” sapaku. “angie pasti khawatir, tapi ga tau yang lainnya “jawabnya pasrah.



Kali ini kami terpisah dari rombongan karena tyas yang senang bereksperimen dengan arah ditambah navigasiku yang buruk, cocoklah kami sehingga bisa terasing di pantai kosong ini. Tujuan awal adalah pantai mawun Namun kenapa bisa sampai di pantai ini?. Sebenarnya tidak menyesal juga. Kemarin kami sudah ke pantai itu,namun hanya sebentar. Pantai ini jauh lebih indah dan sepi sehingga hanya ada kami berdua seperti penguasa pulau. (Dan untung saja Tyas bukan Miyabi, kalau iya tentu saja bisa terjadi hal-hal yang diinginkan seperti yang biasa terjadi di film-filmnya Hehhehhehhe)

Tak lama kemudian datang dua orang bule dengan surf board mereka. Tidak jauh beda dengan kami merekapun masing-masing kembali terjun bebas dengan dunia mereka sendiri. Ber-surfing ria menerjang ombak timbul-tenggelam di buih-buih air. “mungkin walaupun manusia selalu mencari keramaian, namun sebenarnya mereka mencintai kesendiriannya” tanyaku lagi pada bagian lain diriku. “mungkin begitu, tapi system sosial dan pengaruh dari luar yang membentuk persepsi manusia membuat manusia tidak pernah menyadari lagi keinginan mereka sebenarnya” jawab diriku itu cepat dan lugas.



1 jam kemudian, datang juga rombongan kami. Zul, handoko, novian, dan angie. Benar juga tebakan tyas, sepertinya hanya ngie yang menghwatirkan kami. Ditandai dengan mukanya yang cemberut saat bertemu kami. Yang lain hanya biasa –biasa saja dan segera asyik berkeliling pantai.



menyenangkan sekali pergi dengan mereka. Kemaren setelah kami berangkat dari bangsal dengan mencarter L-300 (rp.100.000/ orang) berkeliling mataram dan kelaparan sepanjang jalan karena mencari ayam cakalang dan sama sekali tak ada restoran atau warung makan yang buka. Lalu pergi ke pantai mawun dan tanjung aan. Kami akhirnya mendapat tempat penginapan yang sangat murah di kuta-lombok. Sebegitu ampuhnya lobbying tyas dan angie sehingga kami bisa menyewa ruangan kosong dan 3 double bed ( 1 orang rp.12.500/malam) di hotel segara anak.



Lelah sudah kami berkeliling pantai ini. Pantai ini terlihat kecil tapi sebenarnya sangat panjang. Selain itu, pasirnya yang gembur membuat kaki kami terperosok setiap melangkah. Dari pantai rowok dapat langsung menuju pantai mawek dengan sediit merayap di tebing-tebing tinggi yang membelah kedua pantai itu.




Pasir pantai rowok lebih putih halus dan bersih berlawanan dengan pantai mawek yang agak kecoklatan dan penuh dengan serpihan karang dan kerang. Selain itu di mawek terdapat perbukitan yang hijau dan subur rumput sehingga aku menjumpai warga setempat menggembalakan kerbaunya disini.



Ketika hari sudah mulai sore kedua bule itu lelah juga akhirnya dan merapat ke pantai. Iseng-iseng saja aku ajak bicara

“hei, do you come to Indonesia only for surfing? Tanyaku sok kenal sok dekat.

‘no, only for holiday. I am not surfer, so honestly I don’t know how to surf . didn’t you see me? I just swim with this board” jawabnya sambil tersenyum lalu dia bertanya lagi ‘where are you come from? Oh, I’m tobias.. and you?

“rio, I’m from jogjakarta. Have you visit it?” balasku.

“no, I don’t have enough time, yesterday I have to go home to germany”

“you are from german, I have a friend there, he study engineering in munich”

“what is your friend’s name?, I study engineering in munich and only one university there”

“mampus gua, padahal tadi Cuma bohong basa-basi” makiku dalam hati.. asal saja aku menjawab “ his name is joko. Do you know him?”

“no I don’t, there are a lot of student from around the world. So it is impossible to know everyone” jawabnya penuh sesal

“wah syukur pada tuhan, kalau memang beneranada. Gw mesti ngomong apalagi” bisikku.

Datang kemudian temannya membawa beberapa bungkus biscuit. Toibias memperkenalkannya padaku. Namanya pascal.

“what, it is not oreo?”

maki tobias pada biscuit yang dia makan. Setelah diperhatikan baik-baik biscuit yang kemasannya mirip oreo itu ternyata bermerk orio.

“it is fake oreo, you have to read carefully when you buy anything in Indonesia” ungkapku. Dan tobias hanya tersenyum gondok.



‘is she your wife?” tunjuk pascal kepada tyas

“no, she isn’t. she is my friend”

“she is pretty, I think she is your wife because I see you together with her” ungkapnya

“dasar bule, demennya yang item-item dekil” tawaku dalam hati.



Mungkin suatu saat nanti, bila aku mau punya istri bule. Misalnya dari prancis,aku harus berjemur dulu biar kulit putih ini jadi hitam eksotis hehehehhehe



to be contimued..........

Comments

  1. Trust me, I do love the way you write.
    Tapi mungkin penggunaan kata autis dapat dihindari, maybe you don't really know what autis mean for people with it.

    Kita ngga pernah tau gimana rasanya seseorang yang anak, kerabat atau orang yang dicintai mengidap autis. Percaya deh, autis itu bukan penyakit yang mudah dihadapi atau ditanggulangi. Pengetahuan saya tentang autis itu sendiri masih sangat kurang dan masih harus banyak belajar sehingga tidak berani untuk menjelaskan penyakit tersebut lebih lanjut. Tapi saya cukup sadar kalau autis bukan penyakit yang main-main sehingga saya tidak ingin menggunakannya sembarangan dalam kata yang digunakan.

    Tanpa bermaksud untuk menceramahi, IMHO, tulisan kamu ataupun status facebook maupun twitter tanpa kata menggunakan kata autis pun akan tetap menjadi tulisan yang baik :)

    - no heart feeling please -

    ReplyDelete
  2. thank for your humble opinion

    cukup mengena di hati, awalnya aku ga terlalu sadar tentang itu, karena selama ini aku sering cukup mendengar kata itu dipakai untuk main-main (aku tahu itu penyakit) ,dan aku juga memaknainya hanya sekedar bercanda

    dan tidak pernah cukup bijak untuk mencoba melihat dari sudut pandang orang lain yang memiliki keterhubungan dengan itu

    thx.. cukup untuk membuatku berefleksi
    hehhehhehe

    ReplyDelete
  3. Yea...the one things that we have to learn is be wise bro..i'll believe u will but this one a nice story.tkdg tersesat membawa cerita yg menyenagkan utk diingat n i love lost...love it.tersesat membawa berkat

    ReplyDelete
  4. ah, yang lagi foto di atas batu, pantai apa ya itu? nice post :D, baca tulisannya jadi kangen sama pantai lombok lagi :)

    ReplyDelete
  5. hahahaha ..
    endingna ga enak banget "item dekil"
    hmmmmmmm

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bu RT, Our Mother who art in Gang Pertolongan

kenapa saya keluar seminari ?

Kita Masih Terlalu Muda Untuk Mati