semeru journey part 2 : ---pendakian, adalah mengenai keragu-raguan---




Untuk kesekian kalinya aku tertipu oleh jadwal KAI, bagaimana tidak, di jadwal tertulis kereta ini akan tiba di malang pukul 07.00 tapi nyatanya baru sampai pukul 09.00. kulit muka terasa tebal berminyak. Tapi teman-teman yang lain tetap tersenyum, mungkin puas akan kesabaran menunggu.

Sudah beberapa bulan aku sangat ingin kesini, mengunjungi dini yang dulu kutemui di pendampingan Bhumiksara. Tapi karena ada perubahan jadwal yang tiba-tiba dari andri, semua rencana itu bubar. Mungkin lebih baik aku mengunjunginya sehabis pulang pendakian biar tidak terlalu terburu-buru.


kami terus bergerak ke pasar tumpang, dengan mencarter angkot (rp.8000/org). udara malang menyenangkan, sejuk seperti bogor, tapi masih lebih sepi, sepertinya ide bagus kalau liburan berlama-lama disini, sepanjang perjalanan masih banyak kutemui orang-orang bersepeda onthel membawa sayur.




Di pasar tumpang, kami bertemu dengan fikih dan elga, pasangan yang memiliki tujuan sama dengan kami. Maka bertambahlah rombongan ini menjadi 13 orang. Untuk menuju ranu pane kami mencarter jeep Rp.450.000 sekali jalan. Kira-kira 35.000/org. rasanya seperti sapi potong menuju penjagalan naik di atas jeep itu, kami 2,5 jam berdiri desak-desakan menaiki pegunungan yang berkelok-kelok. Tapi pemandangan sepanjang perjalanan benar-benar mengagumkan. Sepanjang jalan dipenuhi oleh pepohonan apel dan perkebunan sayur, berlanjut menerobos hutan hujan basah dan dari ketinggian bisa melihat sabana di antara perbukitan menuju bromo.

Tiba di ranu pani (base camp pendakian semeru) sekitar pukul 14.00. cuaca masih tetap saja buruk seperti yang disiarkan TV. Pantas beberapa hari yang lalu pendakian sempat dilarang, selain karena hujan badai yang menumbangkan pepohonan di sepanjang trek, kaldera di puncakpun sedang batuk-batuk. Seperti sekarang hujan dan kabut menyelimuti daerah ini. Membuat aku gentar juga untuk terus melanjutkan perjalanan.

Sehabis menghabiskan 2 mangkok bakso malang aku diam lalu mulai berpikir, aku mendaki bukan untuk menaklukan alam tapi mengalahkan diriku sendiri, aku mendaki bukan karena berani mati namun karena aku mencintai kehidupan, aku mendaki bukan untuk menentang alam tapi belajar berkompromi dengannya, karena dengan mendaki aku bisa lebih menghidupi hidupku.

Jadi apa lagi yang harus aku risaukan??
Bukankah jumlah kematian di jalan raya jauh lebih banyak dari di gunung?
Aku bisa mati dimana saja, jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan

Mari mendaki !!!!

to be continued...

Comments

  1. setuju. kematian bisa datang dimana aja.

    ReplyDelete
  2. wihhh kerjamu cuma naik gunung dari hari kehari, busetttttttttttttttttttttt

    ReplyDelete
  3. mas, pendakian ke semeru udah dibuka lagi??

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bu RT, Our Mother who art in Gang Pertolongan

kenapa saya keluar seminari ?

Kita Masih Terlalu Muda Untuk Mati