semertu journey part.4 --oro-oro ombo...--

Apa kamu pernah begitu menginginkan pergi ke suatu tempat? Ya, aku pernah dan aku telah mewujudkannya. Oro-oro ombo, tempat paling indah di sepanjang trek mahameru yang dulu hanya aku lihat di foto-foto lama para pendaki.



Oro-oro ombo adalah jalan setapak kecil membelah sabana luas setinggi pinggang yang penuh dengan bunga-bunga liar keungu-unguan yang putiknya terbang bebas terbawa angin. Rumah bagi Rerumputan liar yang menguning bergoyang terhembus angin menimbulkan irama yang mistis. Sumber wangi edelweiss yang serupa teh melati berulang kali merangsang syaraf penghidu. Tempat bermain capung-capung yang meluncur naik-turun sesuka hati menghiasi udara. Pos pandang puncak semeru yang coklat membulat. Di sini tempat alam bisa begitu ramah menyapa manusia.

Sebelum menembus oro-oro ombo aku harus mengerahkan seluruh nafas dan harapan untuk menaiki tanjakan cinta. Kenapa disebut tanjakan cinta? Tersebut mitos barangsiapa yang mampu menaiki tanjakan ini tanpa berhenti berjalan dan tanpa menengok ke belakang maka kisah cintanya akan berjalan dengan indah. Tapi bukan hal yang mudah untuk terus mendaki tanpa berhenti di tanjakan yang sanga terjal dan teramat panjang ini, lagipula pemandangan ranu kumbolo yang dapat dilihat dari tanjakan cinta sangat indah. Dari ketinggian tenpat inilah angle terbaik ranu kumbolo dalam foto diperoleh. Maka sangat berat untuk tidak menengok ke belakang. Dan aku menambah panjang track record pendaki yang gagal menaklukan tantangan mitos itu.



Sehabis melewati oro-oro ombo kami memasuki hutan pinus yang hangus, menjadi arang dalam kebakaran hutan beberapa tahun yang lalu. Namun dimana ada kematian disitu muncul kehidupan, tanah di sekeliling batang-batang kering itu menjadi tempat tersubur untuk tumbuh bunga-bunga kuning yang mulai mekar. Di samping itu, muncul lagi pohon-pohon pinus muda di sekeliling leluhurnya yang gugur melawan api. Hal ini menyadarkan aku kalau kematian itu bukan hal yang buruk, selain memang tidak bisa dihindari.

Tujuan kami adalah pos kedua sebelum terakhir, kalimati. Tempat luas dan lapang untuk mendirikan tenda, persiapan terakhir pendaki sebelum mengikis semua asa untuk berdiri di puncak, dimana terdapat mata air terakhir untuk mengisi tubuh yang dehidrasi.

Comments

Popular posts from this blog

Bu RT, Our Mother who art in Gang Pertolongan

Kita Masih Terlalu Muda Untuk Mati

kenapa saya keluar seminari ?