Pengganggu Tidur dan 3 temannya, 3 tahun lalu

#004

“mas, saya sudah sampai di stasiun solo nih” kemudian tombol OK saya tekan, sambil menunggu pesan tersebut menuju satelit lalu dikirimkan ke ponsel orang yang dituju, saya isi dengan berjalan ke luar pagar stasiun.

Namun, sepertinya orang yang tadi dikirimi pesan itu tidak suka berlama-lama mengetik sms. Balasannya adalah panggilan ke ponsel saya untuk memastikan dimana posisi saya dan bagaimana ciri-ciri saya, begitu juga sebaliknya saya menghisap informasi yang sama darinya.

Di dekat pangkalan becak, seorang dengan wajah yang tenang, dalam dan dewasa melambaikan tangan. Saya sempat berpikir ulang apa benar ini orangnya? Kenapa antara suara yang saya dengar di telepon dan wajah yang saya lihat terdapat ketidak cocokan dalam benak.

“hei sudah lama sampai?” sapanya, ternyata suara lelaki itu dengan suara di telepon sama, benar ini orangnya. Dengan rambut lurus belah samping, jenggot tipis sampai ke leher dan berjaket olahraga warna biru dia memperkenalkan diri “salam kenal, saya Ari”.

Sejak kepergian Ariel dari yogyakarta, saya menyempatkan diri untuk berkirim pesan dengan Ari, melihat apa ada kesempatan tepat untuk kami kopi darat entah di solo maupun jogja. Dan kesempatan itu datang kali ini, bertepatan dengan kedatangan dua teman Ari yang pernah bertemu di couchsurfing.

- - - -

Gladak benar-benar berbeda sewaktu malam, bila kamu datang ke tempat ini siang hari tentu saja hanya keramaian mobil lalu-lalang yang bisa ditemui. Namun, menjelang malam tiba gladak menjadi ramai oleh penjual aneka rupa makanan serta sajian pemusik jalanan yang menjunjung tinggi idealisme musik mereka. Pasangan dan keluarga saling bercengkerama. Lampu kelap-kelip menambah semarak suasana. Konon kabarnya, Joko Widodo yang sekarang menjabat Gubernur Jakarta, dulu yang menggagas dan merealisasikan konsep tempat ini.

Disana saya bertemu dengan tiga lagi teman Ari, yaitu: Popy, Ruth dan Medina. Popy adalah penyiar radio yang juga teman kerja Ari, Ruth Bath gadis berambut coklat asal Inggris dan Rob yang berasal dari Amerika. Yang dua terakhir itu adalah teman Ari di couchsurfing.

Dari obrolan dengan mereka Ruth Bath dan Rob Medina adalah pengajar bahasa Inggris di suatu lembaga bahasa Inggris yang sudah sangat terkenal di Indonesia. Mereka memilih bekerja di lembaga tersebut karena memiliki kesempatan untuk bertukar posisi dengan orang-orang di seluruh dunia. Sampai saat itu, Ruth sudah pernah tinggal di tiga negara berbeda. Saya kurang banyak bertanya informasi tentang Rob. Karena waktu itu saya mahasiswa muda genit yang matanya tidak dialihkan dari bule cewek cantik seperti Ruth.

“Chris Martin (vokalis Coldplay) was my neighbor , he was my brother's friend in elementary school” jawabnya, ketika saya bertanya (dengan noraknya) apa dia pernah datang ke konser Coldplay. Waktu itu pikir saya sehabis berbincang dengan Ruth “mungkin Coldplay seperti peterpan di Indonesia, terkenal tapi tidak penting sekali untuk ditemui”.

Pertemuan kami tidak berakhir sampai situ, malam masih panjang sehingga kami lanjutkan dengan berkeliling pasar malam di sekitar Gladak. Saat itu, konstruksi masih dalam pembangunan entah sekarang sudah jadi apa belum.

Saat beranjak malam maka kami putuskan untuk bergegas pulang. Saya akan menginap di rumah Ari, namun, Ari harus mengantarkan Popy pulang terlebih dahulu. Oleh karena itu, saya ikut Ruth dan Rob minum kopi bersama teman-teman pengajarnya di sebuah cafe yang sekarang saya lupa nama dan tempatnya.

Disana saya bertemu Gareth Keating dari Irlandia dan Brenda Registe dari Amerika. Gareth Keating mewakili bangsa Arya yang sebenarnya, tinggi besar dengan tulang-tulang kokoh yang nampak jelas di tubuh kurusnya dan kulit putih pucat walaupun sudah hitungan bulan tinggal di Indonesia. Jujur, saya kurang bisa mengerti bahasa Inggris gareth, dengan aksen british yang aneh dia berbicara. Sehingga berkali-kali saya perlu meminta dia mengulangi percakapannya dan bicara perlahan. Berbeda dengan Brenda, perempuan yang juga tinggi besar ini memiliki darah afrika, namun Inggris aksen amerikanya membuat saya bisa mengerti segala apa yang ia ucapkan.

Setelah kurang lebih empat puluh lima menit berlalu, Ari datang menjemput. Namun, kami berhenti sejenak di ankringan dalam perjalanan ke rumahnya.

“ankringan itu bukan asli Jogja sebenarnya, tapi asli solo” ceritanya, ketika saya mengatakan serasa di Jogja ngangkring di pinggir jalan. “namun, karena banyak yang membuka di jogja dan perputaran orang di jogja, maka orang-orang mengira ankringan itu aslinya dari jogja” lanjut Ari sambil menyeruput teh panasnya. “saat ankringan solo sudah kalah tenar, mereka mulai kelabakan, makanya sekarang di solo ankringan banyak menggunakan nama HIK Solo di tendanya, kepanjangan dari hidangan khas Solo”.

Ari juga bercerita kenapa ia melarang Ariel untuk mengaku dari Israel di lingkungan rumahnya. Rumah keluarga Ari di dekat Ngruki, daerah pengikut Islam garis keras, disana juga berdiri pesantren milik Abu Bakar Ba'asyir, yang dalam dakwaan terkait dengan pendaan gerakan separatis dan terorisme. Saat itu gerakan anti-israel semakin memanas karena serangan pada Palestina semakin menggila. Oleh karena itu sangat berbahaya bagi Ariel bila ia bersikeras menunjukan identitasnya pada masyarakat.

Kami banyak ngobrol mengenai Ariel Hoffman,pengalaman hosting pejalan lain dari couchsurfing dan hospitalityclub, situasi politik, pariwisata solo, tentang Popy yang saya puji karena cantik tapi ternyata seusia adik ibu saya,

Namun, pertemuan itu memberi banyak cerita dan wawasan baru untuk saya. Bertemu Ari seperti bertemu orang yang selalu bisa memperkaya perspektif baru dari informasi yang kita punya dengan cara yang santun. Waktu itu saya berpikir penyiar radio memang wawasannya luas karena banyak ngobrol dengan pendengar. (beberapa tahun kemudian saya baru tahu kalau Ari itu eks-wartawan)

Esok pagi saya kembali ke Yogyakarta naik prambanan ekspress paling awal. Bertemu teman baru rasanya seperti memulai petualangan baru. Ari yang waktu itu mengantar saya menggunakan motor nampaknya belum tidur karena ada kantong mata yang lebih besar dari semalam.

Moment bertemu dengan Ari dan Ariel tak terasa sudah lewat 3 tahun lalu. Sampai saat ini saya bertemu Ari di setiap ada kesempatan.  Kami sering bertegur sapa entah di dalam blog maupun twitter. Melihat Ari yang di ankringan solo bercerita tentang perjalanan-perjalanan yang ingin dia lakukan dan saat ini sudah ia realisasikan. Melihat diri sendiri yang masih stuck di bangku kuliah tanpa pernah bisa bebas kemana-mana. Sungguh menyadarkan bahwa waktu itu benar relatif.

Ariyanto, saya, Rob Medina, Ruth Bath dan Popy Rosana di warung tenda gladag.

Saat ini Ari, yang bernama lengkap Ariyanto , di twitter dengan akun @ariysoc , sangat produktif menulis buku perjalanan, seperti : Lost in South China, Lost in Thailand, Travelicious Yogya-Solo, Travelicious malang-batu-surabaya-madura , travelicious medan. Bersama penulis lain membuat buku antologi perjalanan seperti: antologi Norak-norak bergembira dan travelove. Semoga sampai nanti ia masih terus berkarya. Tulisan-tulisannya yang lain bisa dilihat di blog a-journo.blogspot.com

Comments

  1. Sudah saya duga tadi inilah sosok Ari yang saya kenal via akun @ariysoc ... ternyata ketemunya gini toh, thanks to hospitality and couchsurf network yah

    ReplyDelete
  2. i welcome you to Bogor also Rio ..

    ReplyDelete
  3. Si Gareth Keating ada hubungan sodara sama Ronan Keating ga ya #eh

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bu RT, Our Mother who art in Gang Pertolongan

kenapa saya keluar seminari ?

Kita Masih Terlalu Muda Untuk Mati