Bergaya Sebelum Pulang
Sedari pagi mamak Wa sudah menyiapkan pakaian-pakaian
adatnya, dia keluarkan dengan hati-hati semua pakaian itu dan diikuti dengan
aksesoris-aksesoris yang melengkapinya. Mamak wa memperlakukan pakaian itu
dengan sangat hati-hati. Bukan berarti pakaian-pakaian itu memiliki kekuatan
khusus atau ditinggali mahluk halus. Hanya pakaian itu memiliki nilai historis
dalam sejarah hidupnya. Dengan pakaian itu ia bisa menginjakan kaki dari mulai
Malaysia, Jepang bahkan China.
Semenjak pagi juga 10 rekan dari 5 desa (Dea Beaq, Bean Nehas Diaq Lay, Long Bau dan Muara Wahau) sudah
bergegas menuju Miau Baru, desa kami, menempuh perjalanan sejauh 40-60 km
dengan medan yang tidak ramah. Sesampainya di rumah kami, yang bermaterial kayu
ulin kualitas utama, mereka langsung mempersiapkan diri. Kelompok lelaki langsung
mencuci mukanya supaya debu-debu yang melekati wajah di sepanjang perjalanan
bisa musnah. Kelompok perempuan yang sudah mencuri start untuk mandi, memadati
kamar kami, memulas wajah dengan bedak, merias wajah maksimal untuk hasil
sempurna.
Di ruang tengah dua D-SLR sudah siap digenjot untuk merekam
imagi yang akan dikenang sepanjang hidup, berpasangan dengan lensa 50 mm,
perangkat sempurna untuk mencapai hasil akhir yang memuaskan. Diooz sang
fotografer sudah tidak sabar untuk menembakan shutter kameranya, berulang kali
dia lap permukaan lensa supaya nanti foto yang dihasilkan tidak bercela. Okky
juga sejak tadi gelisah mencari lokasi cukup cahaya supaya hasil fotonya
menunjukan skin tone sesuai aslinya.
Semua wajah lelaki sudah segar jumawa, semua wajah perempuan
sudah cantik tertata, saatnya mereka mengenakan pakaian adat kecintaan mamak
Wa. Tidak lupa mamak Wa menyiapkan pakaian adat milik anak lelakinya untuk
digunakan kami kaum adam. Saling bergantian seluruh rekan mengenakan pakaian
adat yang dari cara pakainya saja sudah rumit, tidak terbayangkan bagaimana
para perajin merancangnya. Dari kulit hewan, kain beludru dan manik-manik
pakaian adat ini terdiri.
Setiap satu orang sudah lengkap berpakaian adat maka sesi
pemotretan dimulai, yang sudah mendapat dan sedang menunggu giliran bahu
membahu mengarahkan gaya dan juga segera membantu melepas pakaian itu untuk
dikenakan rekan yang lain seselesainya satu sesi. Semua rekan begitu antusias
untuk sesegera mungkin dapat giliran.
Berfoto menggunakan pakaian adat adalah barang bukti mereka
pernah menjejak di tanah borneo cukup lama, menjadi kenangan saat mereka tua,
mungkin karena mereka berpikir tidak akan ada kesempatan kedua untuk datang
lagi ke pulau ini, ke tempat ini. Seorang rekan malah berniat mencetak foto itu
besar-besar sesampainya di pulau jawa, membingkainya untuk terpampang di ruang
keluarga. Buat sebagian perempuan yang terlahir dengan budaya kota menjadi
kebanggan sendiri pernah menjadi benar-benar lokal dalam berpakaian.
foto oleh : Diooz Kaldera |
(Rekonstruksi rumah kami, seminggu sebelum kepulangan ke
pulau jawa. Mamak Wa semasa muda adalah seniman tarian adat dayak, dia pernah
pentas di beberapa kota besar di Indonesia, juga memamerkan budayanya tercinta
di Malaysia, Jepang dan China. Tahun depan dia akan berpentas di Australia)
belakang u itu siapa cong? :takuts
ReplyDeletewaaaao, keren simamak wa ya om, udh ampe keluar negeri.. :D
ReplyDelete