Club De Cuisine Perdana

Xavier Richard sang koki dadakan

Entah apa yang terlintas di pikiran saya saat mengisi form acara ini beberapa hari lalu. Sore itu saya duduk dikelilingi ibu-ibu dan mahasiswi, terdapat dua orang lelaki yang dari tadi tidak pernah terlepas satu sama lain bahkan sesekali bergandengan tangan. Kawan-kawan saya: Bram, Lisa, Indri  dan Lovely  yang juga berniat ikut belum juga datang.

Acara dibuka oleh Xavier Richard, yang biasa kami sebut kepala sekolah tempat kami kursus, IFI-LIP. Seperti biasa ia mengenakan kemeja kotak-kotak, celana jeans dan sneaker. Di usianya yang melewati 50 tahun ia memiliki energi yang membuat saya kagum. Beberapa kali, saat kami, kelas A.1.1 jam 10.00, duduk-duduk di café selepas kursus, melihat Xavier sibuk mondar-mandir mengawasi pembangunan Bibliotheque tanpa henti.

Tak pernah saya sangka ia juga yang akan menjadi bintang utama di club ini, CLUB DE CUISINE,  acara pelatihan masak kuliner perancis, salah satu bentuk promosi budaya Perancis bagi pemuda Indonesia lugu seperti saya. Awalnya saya kira Madamme Anisa atau Nawang yang sedari tadi stand by di aula akan memimpin acara ini.

Resep  yang akan kami pelajari di pertemuan pertama ini adalah Crepes a la Francaise. Xavier akan mendemonstrasikan cara membuatnya, mulai dari memotong bawang, mencampur dan mengaduk adonan, menumis, sampai memanggang adonan supaya matang sempurna.

Xavier bercerita orang-orang Perancis biasa makan crepes asin sebagai hidangan pembuka dan crepes manis sebagai hidangan penutup. Saat ia mengaduk adonan muncul raut wajah tegang, nampaknya ia takut adonan yang ia olah akan tidak sempurna, untung saja adonan itu sesuai harapannya.

Sehabis ia memasak crepes asin untuk semua peserta maka ia member kami giliran untuk membuat crepes manis  menggunakan adonan yang sudah ada. Oia, crepes a la Francaise asin rasanya seperti Pizza menurut saya, karena di atasnya ditaburi tumisan bawang Bombay dan daging sapi iris seperti kebab.   

Antrian mengular menuju kompor tempat kami satu persatu akan praktek membuat kulit crepes yang sempurna, yang setelah itu akan ditaburi coklat butir dan pisang untuk jadi crepes a la francais manis yang menggugah selera.

Karena saya malas, maka saya meminta mbak Kantin yang juga ikut praktek untuk memasak dua crepes, satu untuknya dan satu untuk saya. Dan crepes a la francais manis ini benar nikmat rasanya. Susu murni yang tadi dituang di adonan masih terasa dalam setiap potong kulit crepes.

Begitulah Club de Cuisine perdana di sore yang basah terguyur hujan.  Semoga menu yang akan kami praktekan besok bisa lebih enak dan aneh.

Comments

  1. IFI really reflects the life of francais. Seriously.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bu RT, Our Mother who art in Gang Pertolongan

kenapa saya keluar seminari ?

Kita Masih Terlalu Muda Untuk Mati