Catatan Penunggu Jendela



 (Sekedar memindahkan catatan di notes facebook, ditulis tanggal 6 November 2009)

Sudah tak terhitung berapa pagi aku lewatkan bertengger di jendela dormit besar. Seperti pagi ini, aku menikmati dari ketinggian bogor masih berembun dengan aspal depan katedral tetap basah. Patung putih pualam bunda maria memeluk anaknya masih saja disitu, di satu bagian tertinggi gereja. Anak-anak SD Budi Mulia bersama ibu-ibunya yang masih muda satu-persatu berlari riang masuk kompleks sekolah. Angkot-angkot berwana hijau dengan ritme yang mirip hilir mudik berhenti dan pergi di depan gerbang. Pastor berjubah putih di atas tangga gereja asyik mengobrol dengan umat sehabis memimpin misa pagi.

Pagi ini indah, seperti hari-hari sebelumnya dan mungkin hari-hari esok. Karena hidupku selama 2,5 tahun di asrama ini dapat dengan tepat kuprediksi, jarang sekali terjadi kejadian insidensial dalam keseharianku sepanjang aku menuruti aturan yang ada.

Pagi ini memang indah, tapi belum sempurna. Tadi pagi dan pagi-pagi sebelumnya aku selalu bangun tepat jam 04.45, mandi, berpakaian pantas lalu pergi misa. Misa selesai dan masuk jam silentium diiringi instrument-instrumen klasik. Semua orang asyik dengan dirinya sendiri. Teman angkatan dan kakak kelas banyak yang merokok di ruang ganti berharap pagi hari minister rector masih terbius mimpi., sebagian anak beriman masih membaca buku rohani di kapel. Tapi aku, berlari cepat menaiki tangga menuju dormit besar di lantai 2 untuk sesegera mungkin ke tempat ini. Jendela dormit besar tempat aku bisa melihat dunia dan dunia begitu terlihat indah dari jendela ini. Tapi bukan itu yang paling kutunggu. Yang kunanti adalah gadis manis itu lewat di bawah jendela.

Sudah dari 1,5 tahun ini aku memperhatikannya, dia hampir selalu tepat datang jam 06.20 sesuai tibanya KRL ekonomi bogor-jakarta. Bila tidak, dia tentu akan datang 40 menit selanjutnya..

Langkahnya ringan dan berirama karena tubuhnya yang kurus. Aku hafal sepatunya dari yang basket hitam putih sampai sneaker merah. Aku tahu tasnya mulai dari yang simpel dan sporty sampai yang rumit berenda. Aku tahu bagaimana dia memasangkan semua perlengkapanya itu di hari apa saja dan seperti apa. Seperti hari kemaren jumat, dia memakai sepatu converse merah dan tas reebok hitam, hari ini tentu dia akan memakai tas pinknya dengan sepatu adidas hitam putih.

Sudah pukul 06.20 dan dia belum datang. Berarti dia akan datang pukul 07.00. masih ada waktu sesudah kerja pagi,dan untungnya hari ini bagianku kerja di rekreasi besar yang tersambung dengan dormit besar jadi aku bisa kerja cepat sambil melihat dia lewat.

Sudah 1 tahun ini setiap 2 hari sekali aku meminjam dan mengembalikan buku ke perpustakaan. Bukan karena aku rajin membaca dan haus ilmu. Tapi itu satu-satunya alasanku bisa legal pergi sendiri ke sma budi mulia. 1,5 tahun lalu kelasnya ada di depan perpustakaan dan sekarang ada di jalan untuk menuju perpustakaan. Aku merasa sangat beruntung saat aku lewat kelasnya dan dia melihatku. Aku akan menyapanya dengan senyum kecil atau dia yang akan memanggil namaku.

Pernah suatu hari, tepatnya hari jumat.aku berjalan sendiri saat pulang kelas computer di budi mulia. Teman-teman kelas masih asyik bermain futsal dan menyantap indomie di kantin. Tangan halus menepuk pundakku, aku berbalik dan ternyata gadis itu. Jantungku berdetak sangat kencang sampai sesak rasanya. Dia bertanya apakah aku mau langsung masuk asrama. Aku menjawab cepat tanpa kupikir dan kupertimbangkan “ngga, gua mau ke Jakarta,sodara gua ada yang kawinan jadi nyokap datang. Ini udah izin rektor” aku saat itu juga menyadari kalau aku berbakat modus. Strategi langsung tersusun rapi di otak “lu pulang ma sapa? Bareng yuk??”. Roh kudus benar-benar menanungiku, ternyata dia hari ini pulang sendiri dan dengan polos mengiyakan. Dari yang seharusnya aku berbelok lewat pintu belakang asrama kini aku lurus saja meninggalakn jauh gerbang budi mulia.

Aku berjalan tenang di sampingnya. Melewati pintu depan asrama yang ternganga. Aku tahu benar resiko bila diketahui oleh staff asrama bila kabur dari asrama dan tertangkap berduaan dengan gadis dari budi mulia, yaitu skorsing 1 minggu bila beruntung dan di drop out yang paling mungkin. Aku tak peduli bila harus dikeluarkan, aku tak mau tahu UAN sebentar lagi. Yang aku mau adalah berjalan di sampingnya, duduk berdampingan di kereta ekonomi yang walaupun penuh sesak tak kondusif, mengobrol paling lama 70 menit di dekatnya. Tapi itu yang aku mau. Hanya itu yang ada di pikiranku. Tak lebih, tapi apakah harapan itu terlalu berat bagiTuhan untuk umat-Nya yang mencoba berjalan di hidup selibat?

Bel Jam kerja sudah berbunyi dan dia belum lewat-lewat juga. aku lakukan pekerjaan menyapu dan mengepel dengan setengah hati. Aku tak mau tahu,aku harus melihatnya hari ini. Firasat ini, perasaan ini benar-benar menggangguku. Hariku akan buruk bila dia tidak lewat. Aku benar-benar seperti anak autis yang kehilangan mainannya. Jam menunjukan pukul 07.10 dan dia tidak ada. Aku lalu berjalan lesu memasuki kelas.

Di kelas, guru pemalas itu lupa membawa buku yang dia janjikan. Maka aku dengan berat hati mengambilkannya ke budi mulia. Jam menunjukan pukul 07.20 dan kompleks budi mulia sudah sepi karena siswanya yang sedikit disipilin sudah masuk kelas.

Di tengah lapangan basket SMP. Aku sendiri menengadah berharap gadis itu ada di lantai.2 kelasnya. Aku menghela nafas dalam-dalam dan terdiam.

Dari belakang tiba-tiba Seseorang berlari cepat menepuk pundakku dan hampir menabrakku. Indra penciumanku sangat peka dengan harum parfum yang lewat hidungku ini. Orang itu berbalik “woi jangan ngelamun aja!!!” ternyata gadis itu hadir di hadapanku walaupun sekejap. “ehh gua duluan yah.. dah telat nih’ diapun terus berlari menaiki tangga panjang itu dan menghilang masuk kelas.

(Tiba-tiba Eine Kleine Mozart terasa bergema di seluruh penjuru gedung.)

Aku terus memandanginya, tersenyum dan hariku ini tetap .berwarna seperti hari-hari sebelumnya.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bu RT, Our Mother who art in Gang Pertolongan

kenapa saya keluar seminari ?

Kita Masih Terlalu Muda Untuk Mati