absurditas pagi hari



Alarm di handphone itu berbunyi lagi, setelah 10 menit dimatikan pemiliknya. Handphone itu terus bergetar dan berbunyi di atas gallon kosong, menghasilkan bunyi yang menarik-narik kuping si pemalas. Cahaya pagi mendobrak masuk celah-celah lubang angin, menampar-nampar wajah si pemalas yang masih pura-pura tidak mendengar. Dia berharap handphone itu mengerti kalau dirinya berubah pikiran, pikiran untuk datang ke gereja.

Barangkali alam bekerja sama menolong niatnya, suhu pagi yang dingin mendadak hangat. namun Pemalas itu tak habis akal, dibukalah bajunya dan lanjutkan menutup kuping dengan bantal yang berhias bercak-bercak liurnya. Beberapa menit kemudian, jet pump berdengung tanda bapak kost sudah kehabisan air di penampungan. Jet pump itu mengeruk semua daya kost-kostan. Matilah listrik keseluruhan, yang membantu meningkatnya suhu di kamar itu karena kipas angin sang penyelamat terakhir pun berakhir.

Pemalas itu masih tak kehabisan akal. Dia paksakan mengganjal matanya sejenak lalu membuka pintu kost lebar-lebar. Awalnya membantu walaupun hanya sementara karena tak lama kemudian belasan batalion lalat yang bermarkas di tempat sampah utama kost-kostan itu mulai menyerang. Lalat-lalat itu mendarat di tubuh basahnya, menimbulkan sensasi gatal yang mengganggu. Pasukan itu menjelajah kuping dan berdengung dengan irama yang lebih mengganggu dari alarm handphonenya. Beberapa tim serbu, menerobos masuk lubang hidung pemalas itu.

Kembali ia tutup pintu kamar, pembalasan itu kejam pikirnya. 12 batalion lalat terjebak di kamar siap berperang sampai tetes darah terakhir. Dengan mata masih setengah terpejam Pemalas itu mengambil senjata pamungkas di bawah meja computer, senyum kemenangan terkembang sambil menggenggam botol spray berwarna hijau dengan gambar segitiga merah.

Waktu seakan berhenti, ketegangan benar-benar menuncak. Tetes demi tetes keringat dingin jatuh di pelipis pasukan lalat. Kepakan sayap mereka berangsur-angsur meninggi, mereka tahu akan segera mati oleh senjata itu, seperti yang dialami oleh ayah-ayah mereka, kakek-kakek mereka dan nenek moyangnya di kamar ini.

Tapi buat pasukan itu lebih baik mati terhormat daripada pulang menanggung malu. Apa yang harus mereka katakan pada betina-betinanya yang sedang bertelur, apakah yang akan diceritakan betina-betina itu pada calon-calon anak mereka, kisah memalukan sang ayah yang pulang hidup-hidup dalam kepengecutan. kedua pilihan itu adalah kematian buat mereka, kematian eksistensi dan harga diri atau kematian ragawi.

Pemalas mengocok-ngocok botol spray hijau itu sebagai tanda genderang perang akan segera berbunyi. Di luar pintu, pasukan penyelamat dengan sayap beremblem garis merah bersilang mencari celah untuk melakukan pertolongan bagi pasukan yang terluka.

Panglima lalat yang gemuk dan bermata hijau pernah belajar, pertahanan terbaik adalah menyerang. Keputusan tersebut memang sulit namun itulah pilihan terbaik dari yang terburuk. Dia lepaskan sayap hijau kebesarannya agar serupa dengan lalat-lalat pasukan. Dalam nafas yang memburu dia mengungkapkan pada pasukan itu bahwa betapa bangganya dia pernah berperang bersama dan suatu kehormatan bila mati juga bisa dengan mereka.

Pasukan lalat bersorak bangga, ditandai dengan dengungnya yang semakin meningkat. Mereka bersorak-sorai karena mereka tahu surga terbuka lebar bila mati syahid demi kehormatan iman, bangsa dan negara.

Panglima lalat menghitung mundur aba-aba serangan….

“sepuluh………….pejamkan mata kalian mari kita mohon kekuatan dari dewa perang” perintah sang panglima

‘sembilan……….” Seluruh pasukan menutup mata dalam diam dan ketakutan menjalar cepat di sekujur tubuh mereka yang hitam berkilap.

“delapan……….” Rasa dingin yang kelam serasa memenuhi ruangan, malaikat kematian nampak merokok Marlboro lights di sudut, bosan menunggu waktu kematian masal lalat-lalat itu.

“tujuh……….Lalat muda, yang baru bermetamorfosis dari larva terkencing-kencing ketakutan. Buat dia hidup terasa tak adil, mimpinya pulang dalam sangsaka kemenangan dan disambut betina muda yang jauh hari akan dinikahi terasa direbut paksa oleh takdir.

“enam………” lalat tua menghela nafas panjang, dia bersiap untuk mati, karena sudahh tidak ada lagi yang bisa dia banggakan di rumahnya setelah betinanya menghasilkan telur milik orang lain. Oleh karena itu niat untuk mati sudah ada sejak dia berangkat ke kamar pembantaian ini.

“lima……….” Lalat setengah baya merinding ketakutan, pertama kalinya ia takut mati. karena ia baru saja akan berhasil merebut betina impiannya, cinta sejatinya dari jantan yang memilikinya atau lebih tepat suaminya. Ia telah menang, dan ia belum sekalipun meneguk piala kesuksesan itu. Anak-anaknya akan lahir saat ia pulang, mimpinya mendengar riuh lirih anak-anak itu dari rahim betina tercintanya adalah tujuan hidupnya dan ia tidak ingin mati sekarang.

“empat……..”

Keadaan hening…. Seruan satu… lalu serbu.. tak kunjung muncul. Perlahan-lahan mereka membuka mata dan menyaksikan sang jendral sudah tergeletak kaku di lantai. Si pemalas tidak menunggu lama karena pemalas tidak mengerti aturan perang yang berlaku di dunia lalat.

Keadaaan berubah total, pasukan lalat marah bercampur frustasi, mereka terbang tak beraturan menyerang si pemalas. Tak ada control apalagi strategi, karena dengan itu atau tanpa itu mereka pun tetap akan mati. Satu persatu dari mereka menyaksikan teman-temannya jatuh kaku berguguran ke lantai berdebu. Mereka boleh saja ratusan tapi bukan tandingan senjata botol pembunuh masal yang efektif. Latihan dan disiplin militer serta pendidikan bertahan hidup seakan sia-sia. Hanya dalam hitungan belasan detik keributan itu mereda. Dari arena untuk menunjukan patriotisme berubah menjadi ladang pembantaian tanpa tebang pilih.

Dan lelaki itu terdiam, menyaksikan lalat-lalat yang bergelimpangan, sambil sembari berpikir… betapa absurdnya kehidupan lalat-lalat ini…. Dan dia tersentak, kesadaran muncul, mungkin juga kehidupannya tidak kalah absurd dari mereka

Tak berapa lama iapun kembali tertidur….

Alam mungkin juga berpikir betapa absurd kehidupan lelaki ini..

Comments

  1. Hi, aku Merry..
    Wah, tulisan kamu lucu ya.. keren!
    Aku sampai ketawa terus :D
    BAGUS!
    bTw, klo sempat, kapan" mampir ya ke blogku..
    great-personality.blogspot.com
    mungkin aku butuh saran banyak dari kamu
    Aku juga dah follow kamu lho, untuk bisa baca tulisan kamu berikutnya :)
    Thank you!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bu RT, Our Mother who art in Gang Pertolongan

Kita Masih Terlalu Muda Untuk Mati

kenapa saya keluar seminari ?