jelajah baduy dalem, perjalanan penuh misi ( part.3 the last part )



bangun pagi, udara sangat dingin . ternyata semalam hujan deras turun. tanah di sekitar perkampungan jadi lembek. aku merasa sudah cukup bangun lebih awal. tapi di luar keduluan olot-olot yang sudah mulai bekerja hilir mudik di depan rumah. ditemani semangkuk rebusan daun karastulang, aku bengong bersama pemuda-pemuda madesu (masa depan suram) lainnnya. rebusan daun karastulang adalah ramuan yang dipercaya masyarakat baduy dapat mengembalikan stamina setelah lelah seharian bekerja. mereka memperolehnya dari dalam hutan dan menjemurnya sampai kering,.

berniat mencuci muka di sungai dan siapa tahu menemui pemandangan indah seperti kemarin sore aku bergegas pergi. pagi itu sangat cerah,langit biru dengan sedikit awan. mungkin karena semalam hujan deras. hal tersebut membuat perbukitan di sekitar kampung terlihat jelas. ternyata perkampungan ini berada di tengah-tengah perbukitan yang memanjang. pantas pagi disini tidak secerah di tempat lain. karena sinar matahari pagi terhalang bukit yang paling tinggi.





menurut cerita salah satu olot semalam. jalan-jalan setapak dari desa ini bisa menembus cikotok ( tempat penambangan emas ),sukabumi, pelabuhan ratu, perbatasan cipanas-bogor., juga jalur balaraja ke jakarta. walaupun daerah ini terpencil sekali tapi akses ke beberapa kota tersebut ada. dan masyarakat baduy yang terbiasa berjalan kaki. mereka hanya membutuhkan waktu 2-3 jam untuk menuju tempat-tempat itu.

sehabis puas jalan-jalan aku kembali ke rumah jaro. disana ci yosi membagi-bagi snack ke anak-anak baduy. ada roti, bacang, biskuit-biskuit, cokelat dll. pantas perbekalan mereka harus diangkut dengan tenaga tambahan.diperkirakan, perbekalan mereka bisa menghidupi rombongan pendaki selama 4 hari.



sehabis makan pagi. sekitar jam 09.00. kami melakukan bersih desa seadanya lalu packing barang-barang dan bersiap berangkat lagi menuju desa cikatawarna dan cikeusik. om talen sudah membawa bungkusan plastik penuh daun karastulang pemberian dari olot..... ( gw lupa namanya). Entah permintaan siapa, mungkin juga sebagai lambang terima kasih dari mereka atau mereka tersentuh hatinya melihat wajah-wajah kelelahan sebagian rombongan. mereka mau mengantar kami ke baduy luar dan bersedia membawakan barang-barang kami. lebih dari 11orang dewasa dan beberapa anak kecil yang ikut.

perjalanan dilanjutkan, wajah-wajah menunjukan ekspresi yang beragam. ada yang bersemangat melanjutkan perjalanan, ada juga wajah yang sudah ogah-ogahan jalan, wajah yang senyum terpaksa juga ada. tapi mau bagaimana hancurnya wajah mereka. mereka tetap harus jalan kalau tidak mau dinikahkan dengan olot duda bangkot yang hobi memandangi perempuan-perempuan cantik di rombongan kami.

harusnya trek yang kami lewati ini paling ringan. karena menurut olot karmain jalur ini terpendek dan lebih terang dari jalur-jalur yang lain menuju cikatawarna. tapi struktur jalan yang terbuat dari tanah kering dan batu-batu kali yang disusun ini malah jadi hambatan terberat. itu semua karena semalam hujan deras. jalanan naik-turun perbukitan itu jadi licin dan becek. terpaksa rombongan yang rata-rata bersendal jepit itu melepas sandal dan nyeker . supaya jari-jari kaki bisa lebih mencengkeram tanah untuk mencegah tergelincir.

karena stamina yang tak lagi optimal disebabkan kelelahan belum hilang dari perjalanan kemarin. membuat konsentrasipun menurun drastis . beberapa kali anggota rombongan tergelincir, kram-kram, obrolanpun sudah melantur, bahkan ada yang tidak sadar menjejakan tongkat ke kaki teman di sampingnya. sampai matahari tepat di atas kami. desa cikatawarna blum terlihat ujung hidungnya.

beruntung kelelahan itu sedikit terlupakan saat beberapa kali kami melewati sungai-sungai kecil berjeram. sekitar 7 sungai dengan panjang 3-4 meter sedalam 20-50 cm dilewati. sehingga kami bisa beristirahat di batu-batunya dan membersihkan kaki yang penuh lumpur. merendam kaki di air yang mengalir sambil sesekali menginjak kerikil di dasar sungai memberikan sensasi tersendiri. ( seperti dipijit gadis-gadis baduy huhuhahahhhahaha)





seharusnya kami malu. karena anak-anak kecil baduy saat jalan menurun bukannya jalan hati-hati malah berlari. di saat kami semua kehabisan nafas. mereka tetap masih bisa tersenyum dan bersendau gurau dengan sesama temannya. mereka benar-benar terlatih. ketika jalan menanjak dan licin kami semua kelelahan. mereka bisa dengan santainya berlari-lari mengejar serangga.

setelah 4 jam berjalan, akhirnya kami sampai di desa cikatawarna satu dari 3 desa baduy dalem. desa saat itu sepi. karena hampir semua warga pergi berladang. berhubung kami pergi dengan warga baduy dalem dari cibeo. mereka langsung mengarahkan kami ke rumah jaro. dan beristirahat di sana. (untung guidenya orang dalem, jadi bisa langsung semena-,mena ksitu)



di rumah jaro kami disuguhi ketan terbungkus daun pisang dan gula aren parut serta air . jadi ketan itu dicocol ke gula parut. bentuknya sangat-sangat tidak menarik, tapi rasanya enak. entah apa karena lapar atau benar rasanya enak aku tak tahu. malahan ada yang membawa pulang ketan untuk dimakan di jalan.

sekali lagi dokter Pri menjalankan misinya, jaro tersebut setelah akrab dengan rombongan malahan konsultasi kalau tenggorokannya terganggu, jadi saat menelan sering sakit dan belakangan ini sering demam. menurut analisa dokter Pri, jaro ini terkena amandel atau radang tenggorokan. karena dia tidak membawa obat-obatan yang lengkap. maka sekali lagi triknya keluar, dia minta diizinkan datang lagi untuk memeriksa jaro tersebut bulan depan dan tentunya dengan obat-obatan yang dibutuhkan. ( dok.. klo ksini lagi,ajak-ajak saya yah!! hehehe)

sesudah cukup beristirahat. kami melanjutkan perjalanan lagi. sehabis desa ini trek lebih mudah. jalanan lebih luas dan tidak securam yang sebelumnya. kiri kanan sudah bukan jurang tapi hanya hutan yang terbakar untuk dibuat ladang. haripun sudah mulai sore.



berjalan terus sekitar 1,5 jam kami sampai di desa cikeusik. namun kami tidak mampir lagi. hanya dilewati saja karena hari sudah sore dan bis sudah menungu d desa parigi. sekitar 1 jam dari cikeusik akhirnya kami tiba di desa luar. ditandai dengan jembatan bambu membelah sungai.


(wah lega banget rasanya, akhirnya NIKON F-60 ini yang selalu gw gotong-gotong selama perjalanan bisa berguna juga. jepret sana-sini. sebenarnya bisa aja gw di baduy dalem foto-foto. wlopun dilarang. gw yakin mereka ga bakal ngusir gw klo gw tetep kekeuh foto-foto. atau gw ngumpet di hutan trus pake lensa tele moto yang lagi mandi juga bisa. tapi karena gw ikut ma rombongan yang sangat respek dan sangat menghormati ma peraturan adat (two thums up for them) yang ada. akhirnya gw ikut itu. karena niat mereka bukan pengen nyari berita dan foto tapi menjakin persahabatan dengan masyarakat dalem. dan klo gw nekad bisa aja gw ngeancurin usaha mereka)

setelah beristirahat di warung terdekat dan puas foto-foto kami melanjutkan lagi perjalanan melewati bukit terakhir menuju jalan beraspal dimana bis sudah menunggu. teman-teman baduy dalempun masih setia menemani dengan tas kami di punggung mereka.

berjalan kurang lebih 20 menit. tiba juga kami akhirnya di desa parigi tempat bus menunggu. teman-teman baduy dalem menyerahkan tas kepada kami. bersalaman dan mengucapkan selamat tinggal. aku merasa itu saat yang mengharukan. aku sudah nyaman bermain-main dengan anak-anak kecil lugu itu. selalu terkesan mendengar cerita-cerita perjalanan olot-olot dan pertanyaan-pertanyaan mereka yang polos. ( dan hati gw tertambat di gadis-gadis baduy yang cantik alami huehhehhehhehe) mereka tak henti-hentinya dari kejauhan melambaikan tangan. dalam diam aku berbisik "selamat tinggal teman-teman, semoga kalian nanti tetap jadi seperti yang sekarang, tidak terkontaminasi kotornya permainan hidup manusia modern".


THE END / TAMAT

Comments

  1. oh iya, katanya di baduy dalam gak boleh motret ya.. pantesan fotonya cuma dikit. :D

    mungkin kearifan lokal seperti larangan motret itu terkesan konyol. tapi di balik semua itu keknya ada pesan-pesan terselubung. bayangin kalo semua orang boleh motret di baduy dalam, dalam hitungan hari mungkin banyak produser ftv yang bawa kru ke baduy dalam. hahaha..

    anyway, postingnya bagus sangat. serius nih.

    ReplyDelete
  2. iyaa..... selama ini dilindungi oleh mitos2 yang bilang foto'y ga jadi dsb..tapi pernah ada yang foto dan berhasil2 saja

    fotonya ada banyak..kan ini yang part.3
    yang lain di part.1-2

    ReplyDelete
  3. hadohhh bikin mupeng, pengen naik gunung tapi gak kesamnpean, naik gunung kembar ajah dulu #tarik selimut

    ReplyDelete
  4. @fai : boleh..boleh..gunung kembar juga ga kalah seru..apalagi klo puncaknya suka tambah tinggi sendiri klo dipegang hahahha

    ReplyDelete
  5. naik kereta ekonomi kah dari jogja ke jakartanya? rencana kalo jadi bsk mau ke Baduy,

    ReplyDelete
  6. Pernah gk u berpikir knpa mereka bwt mitos itu???gw rasa leluhur or apalah namanua udh tau kl semakin byk org melihat peradaban mereka semakin org merasa ingin merubah mereka ntnya...pdhl blm tentu yg terbaik bwt kita baik bwt mereka.mereka cm mau dihargai sebagai mereka tanpa intervensi titik bkan koma

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bu RT, Our Mother who art in Gang Pertolongan

kenapa saya keluar seminari ?

Kita Masih Terlalu Muda Untuk Mati