Galau wehea


 
sedari kecil, ayah seringkali mengajak saya melihat-lihat ensiklopedia Indonesia. Cerita-ceritanya tentang kisah rakyat di penjuru nusantara berdasarkan gambar yang saya lihat di ensiklopedia selalu menjadi pengantar tidur. Namun, di antara semua yang pernah saya lihat. Gambar dan cerita budaya dayak di tanah borneo adalah yang paling membekas dalam otak ini.

Hal itu terjadi bukan tanpa sebab. Di suatu malam yang gerah, ayah bercerita tentang orang dayak. Ia mulai bercerita taentang mereka yang tinggal di tengah hutan belantara, memenggal kepala musuh lalu memakannya, serta masih berdoa kepada batu dan pepohonan. Saya yang awalnya ngantuk sontak ketakutan alhasil tidak bisa tidur semalaman.

Cerita itu begitu membekas di hati, sampai saya beranjak dewasa dan mengenal internet. Ternyata memang budaya memenggal kepala musuh dan memakannya pernah ada di tanah borneo, sesuatu yang saya kira isapan jempol belaka. Semenjak saat itu, menginjakan kaki di sana dan tinggal di antara suku dayak menjadi mimpi terpendam.

Sampai pada beberapa minggu lalu, mimpi saya sedikit lagi mendekati kenyataan. Ketika saya duduk-duduk frustasi di depan ruang dosen menunggu giliran bimbingan skripsi yang memasuki bab.5. Seorang dosen yang tidak saya kenal baik duduk di sebelah saya. Tanpa basa-basi ia meminta saya ikut program yang sedang ia pimpin di kalimantan timur. Saat saya tanya kenapa, ia menjawab “mungkin kamu babak belur studi di kelas, tapi saya tahu potensi dalam dirimu, selama ini saya pembaca setia backpackidea, majalah yang kamu pimpin itu, saya yakin kamu tidak akan menyesal ikut program ini”

lalu apa program itu? Program tersebut dinamakan Social Business and Enterpreneur Development programee disingkat SBED. Program tersebut terlaksana atas kerja sama Universitas Sanata Dharma tempat saya studi dengan perusahaan sawit di muara wahau. Hal ini merupakan bentuk Social Responsibility perusahaan terhadap penduduk asli yang terkena imbas langsung dan tidak langsung dari operasi perusahaan di sana. Untuk apa yang akan dilakukan di sana saya pun belum tahu.

Tim yang akan berangkat terdiri dari 12 orang. Melalui seleksi ketat yang dilakukan kepada sekian banyak yang mendaftar telah terpilih 10 orang. Saya dan salah satu teman dari angkatan atas (yang sama-sama belum lulus) ditunjuk langsung oleh dosen tersebut untuk mengisi 2 slot kosong di dalam tim.

Kami akan dikirim ke Kalimantan Timur, tepatnya di Muara wahau. Di daerah situ berdiam suku Dayak Wehea yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur kebudayaan mereka serta masih rutin melakukan ritual-ritualnya. Yang terkenal dengan erau kepala dan festival Hudoq. Disana saya akan tinggal selama 3 BULAN.. teman-teman.. sekali lagi 3 BULAN.. senang sekali bisa disana selama itu. Tentunya ini akan menjadi kesempatan langka untuk mengenal dan mendokumentasikan orang-orang, kehidupan dan budaya mereka.Selain itu, uang saku saya bisa ditabung untuk menambah rencana jelajah Sumba setelah lulus pendadaran skripsi.

Banyak orang mungkin mempertanyakan keputusan saya. Untuk apa jauh-jauh ke tempat antah berantah dengan misi yang tidak jelas dan digaji tidak seberapa. Namun, buat saya ini kesempatan emas. Kapan lagi bisa terbang ke kalimantan Timur dengan segala fasilitas yang ditanggung perusahaan dan mendapat akses untuk masuk ke tengah masyarakat dayak wehea.

Dengan berangkat ke sana berarti saya berkesempatan untuk main-main di balikpapan sambil menunggu penerbangan selanjutnya ke Berau. Saya sudah bermimpi akan main-main di sungai mahakam dan ke lamaru dimana terdapat tugu dan tempat perabuan bertuliskan huruf kanji yang dibangun sebagai peringatan terhadap tentara-tentara jepang yang gugur dalam perang dunia II. Kalau sempat juga bertandang ke pantai manggar.

Sesampainya di Berau, saya ingin mengunjungi Museum Gunung Tabur dan Sambaliung untuk menemui putri raja terakhir yang berusia lebih dari 80 tahun. Menyaksikan sunset di tepian sungai segah. Kalau sempat juga mengunjungi penangkaran buaya Mayang Mangurai. Sebelum akhirnya akan menggunakan mobil menuju muara wahau yang memakan waktu 10 jam, dalam kondisi normal.

Namun, ada sesuatu yang mengganjal pikiran saya untuk berangkat.....

Yaitu pacar saya, dia yang setahun lebih muda dari saya sudah lulus dari Agustus lalu. Dia akan melanjutkan studi ke Perancis. Rencananya akan berangkat di awal Januari dari jakarta, tetapi meninggalkan Jogja pada pertengahan Desember. Itu berarti waktu saya untuk bersama-sama dengan dia awalnya hanya tinggal empat bulan. Namun, dengan kepergian saya ke Muara Wahau tanggal 15 September membuat waktu kebersamaan kami tinggal menghitung hari. Karena saat nanti saya pulang ke Jogja tentu dalam beberapa hari dia sudah terbang ke kampung halamannya di Lampung.

It makes me GALAU teman-teman....

Namun, saya tetap memilih berangkat ke sana.... terkadang kita memang tidak bisa mendapatkan semua yang kita inginkan. Bahkan seringkali dalam meraih mimpi kita perlu mengorbankan begitu banyak hal.

Comments

  1. Oh well...kurasa kalau belum punya pacar kamu pasti nyamber kesempatan ini tanpa pikir panjang :)) But that's fine Rio..kalian akan baik-baik saja. Kamu juga bisa nabung buat ke Perancis nantinya heheheh! Just keep in faith :D

    Omong-omong, aku iri sekali kamu dapat kesempatan ini. Mungkin harusnya dulu aku kuliah di Sadhar aja ya..hahahahha!

    ReplyDelete
  2. man, I envy you!!!
    anyway, good luck with things out there and don't forget to bring back the stories... and the photos. :)

    ReplyDelete
  3. bwahahaha... GALAU itu adalah salah satu fase yang harus dihadapi untuk mencapai kedewasaan. yasudah skrg dinikmati sisa masa2 indah bersama, trus thn dpn kita jenguk bareng2 ke paris wkwkwkwk

    ReplyDelete
  4. Eaaaaaa....galo nih ye..cie..cie..ciee

    ReplyDelete
  5. Ayo nabung. Nanti kita wujudkan rencana Europe 2014 nya :)

    ReplyDelete
  6. Wah ternyata ada persekongkolan di antara sesama blogger buat ke Europe 2014 ya.... Sudah merabah ke sini juga :D

    ReplyDelete
  7. galau yang ini adalah sifat yg baru keluar kali ini dalam diri rio hahahh. it makes me laugh, but that's normal kok.hahah

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bu RT, Our Mother who art in Gang Pertolongan

kenapa saya keluar seminari ?

Kita Masih Terlalu Muda Untuk Mati