Lain ladang, lain belalang. Lain negara, lain cara makannya.
Makan bukan hanya sekedar mengenyangkan perut, karena makan
juga bisa menjadi cara kita memandang hidup. Kenapa? Di dalam makanan bukan
hanya terkandung gizi yang dibutuhkan tubuh, tapi terkandung nilai budaya,
geografis dan kondisi sosial di setiap daerah asal makanan tersebut.
sumber foto: weblogs.baltimoresun.com |
Saya belum pernah ke luar negeri, tapi pertemuan dengan
banyak pejalan dari negara lain membuat saya belajar tentang kebudayaan mereka,
salah satu yang membuat saya tertarik adalah makna cara mereka menyantap
makanannya. Terima kasih kepada social media pejalan seperti Couchsurfing dan
Hospitalityclub, karena keberadaan dua web tersebut saya bisa berinteraksi
dengan banyak pejalan dari berbagai negara yang saya host di kos.
Suatu hari, saat makan bersama di Restoran Chinese Food
favorit saya, Xavier, seorang pejalan perancis, dengan rambut brunette dan mata
coklat, bertanya apa makanan yang saya pesan kurang enak. Saya sempat bingung
dengan pertanyaan tersebut, pasalnya saya sangat lahap menyantap mie goreng
spesial. Setelah diusut, keheranannya tersebut karena saya meminta saus tomat kepada
pramusaji. Menurutnya, di Perancis meminta saus tomat berarti kita tidak
menyukai makanan tersebut.
Berbeda dengan yang diceritakan Fu dari Taiwan, di negaranya
dan di China daratan. Warga di sana pantang menusukan sumpit di atas makanan,
karena hal tersebut bisa berarti kesialan, bahkan kematian. Kekhawatiran
tersebut disebabkan sumpit tersebut akan Nampak seperti hio di kelenteng untuk
mendokan arwah.
Beberapa tahun lalu, Prio, sahabat saya, pernah berpikir
orang Jepang sangat tidak sopan saat makan mie dan makanan yang berkuah
lainnya. Mereka biasa menutup makan mie dengan menyeruput kuah terakhir sampai
menghasilkan suara. Sampai saya bertemu Yu, dia menceritakan bahwa menyeruput
keras-keras merupakan tanda kepuasaan terhadap makanan yang disajikan tuan
rumah.
Sebastian, pejalan dari Polandia, pernah menegur setengah
bercanda saat saya membalik-balikan ikan bakar demi supaya saus menempel
sempurna. Di a bercerita, kakeknya yang seorang pelaut, percaya bahwa ikan utuh
tidak boleh dibalik karena mendoakan kapal nelayan terguling oleh badai atau
karam menghajar karang.
Terakhir, ada kesamaan antara masyarakat Suku Inuit di
Kanada dan banyak suku di Sumatera, mereka akan bersendawa sehabis makan untuk
menyatakan makanan yang dihidangkan sangat enak. Begitu menurut penjelasan
Robin, pejalan dari Kanada yang telah menjelajahi Sumatera.
Mungkin, banyak pejalan asing, ketika makan di Indonesia,
mereka memilih menggunakan tangan. Mereka coba untuk menikmati makanan lokal dengan
kebiasan lokal. Seperti Ariel, dari Israel, yang tangannya belepotan ketika
menikmati daging buah durian.
Bagaimana? Keunikan cara makan apalagi yang pernah kamu temukan di
budaya lainnya?
Suka banget artikel kaya gini. Jadi tau budaya orang yang kadang bisa kontras banget sama budaya kita.
ReplyDeletetapi teteup ya..makan pake tangan paling berasa..apa lagi sambil dijilat2...hahaha
ReplyDeleteah nice post ;) anyway i'm not familiar with your blog design,how can i follow u so then i can update your stories ;)
ReplyDelete