The Kribo's Way

#006

Kenapa rambut saya kribo?

Itu pertanyaan yang berkali-kali diajukan teman atau kenalan yang baru pertama bertemu. Buat saya jawabannya mudah saja, itu semua karena gen yang diwariskan kedua orang tua saya, kromosom X dan Y bersatu lalu bla...bla...bla...bla...

namun, tentu bukan itu maksud pertanyaan teman-teman tersebut.

Mungkin yang mereka maksud adalah kenapa rambut saya sudah keriting lagi berantakan. Nah, kalau itu saya juga sudah punya jawaban. Itu semua karena saya sudah belajar menerima diri saya apa adanya dan belajar mencintainya.

Lalu muncul pertanyaan : “berarti sebelumnya saya tidak bisa menerima kondisi diri?”

sambil berpikir dan menghela nafas panjang saya menjawab “saya, dulu begitu”.

Lalu dimulailah cerita.

Sebagai anak berambut kribo tentu saja berarti terbatasnya modifikasi gaya rambut. Sedangkan tren-tren rambut yang lagi nge-pop di zaman saya SD, SMP dan SMA tidak kribo-friendly.

Contohnya:

saat saya SD, mode rambut yang paling keren saat itu adalah belah tengah dengan bagian poni melengkung membentuk hati. Semakin panjang semakin keren, dan bila sudah cukup panjang maka akan dipakaikan bando hitam, ya seperti Andi Lau saat muda lha.

Nah, celakalah rambut saya ini, selain susah disisir juga saat dibelah tengah bentuknya tidak serupa, belahan sebelah kanan bergelombang ke dalam sedangkan yang sebelah kiri bergerak ke arah sebaliknya. Saat semakin terik maka gel rambut mulai meleleh dan rambut saya mulai kembali ke bentuk aslinya bergerak ke segala arah. Dan tak lama saya kembali memilih rambut tipis setengah centi.

Saat saya SMP, mode yang lagi trend adalah gaya Spike yang membuat rambut berdiri tegak menantang langit. Tentu saja mode rambut ini juga tidak kribo-friendly. Semakin bisa berdiri dan mengilap maka semakin keren. Ditambah kalau jago main basket sambil memakai bandana.

Berkali-kali saya coba gaya spike menggunakan G****Y wax dan hair spray namun bukannya rambut jadi berdiri malah kribo saya semakin kaku parah. Setelah berhari-hari coba maka saya berhasil spike namun ujung rambut tidak berdiri lurus namun belok ke segala arah. Kondisi itu malah menjadi bulan-bulanan teman sekelas. Dan seperti lalu saya kembali memilih rambut tipis setengah centi.

Saat saya SMA, mode rambut yang lagi tren adalah gaya anak band: indies dan emo, yaitu rambut panjang dengan poni panjang disampirkan ke kiri atau kanan. Nah, lagi-lagi gaya rambut ini tidak kribo-friendly. Ditambah saya tidak bisa memainkan satupun alat musik. Yang saya bisa cuma naik gunung dan jalan-jalan.

Pernah juga saya coba gaya rambut ini. Saya pilih salon mahal untuk menyulap rambut ini jadi sekeren vocalis Blink 182 atau Greenday atau My Chemical Romance, dan si penata rambut berhasil. Namun, setelah pulang dan keramas, rambut itu tidak pernah kembali seperti saat saya keluar salon. Malah hasilnya buruk sekali sehingga akhirnya seperti yang lalu-lalu saya kembali memilih rambut tipis setengah centi.

Saat saya kuliah, saya mulai ingin memanjangkan rambut, tak peduli bentuknya seperti apa, tak peduli orang mau berkata apa, “kalau memang berantakan, tinggal dikuncir” pikir saat itu. Dan tanpa saya sadari rambut itu menjadi ciri khas saya, hampir setiap orang yang saya ajak berkenalan mengaku pernah melihat saya di suatu tempat.



“Di jogja mungkin banyak orang yang berambut kribo seperti kamu, namun, rambut kribo-pakaian berantakan dipadukan dengan kulit kuning-mata sipit itu yang membuatmu jadi beda. Kamu memecah stereotype pada orang kulit kuning-sipit yang selalu berambut lurus dengan warna-warna ajaib, menggunakan pakaian perlente-rapi nge-jreng. Sehingga otak orang-orang menganggap kamu anomali”  kata teman saya yang menggilai semiotika itu.

Rambut kribo inilah momen dimana saya menerima keunikan di dalam diri saya. Tren rambut boleh berganti, tapi saya mencintai rambut saya dengan segala dinamikanya.

Terima kasih telah membaca sampai habis.

Ttd
@rio_kriwil



Comments

  1. wkwkwk... gila lu! ngebayangin rambut lo di spike gitu, betapa anehnya... hehehe... yang udah ada di elu itu udah yang paling cocoks. untung sekarang ga booming kribo, ntra kesenangan lu. :p

    ReplyDelete
  2. menjadi diri sendiri dan mencintainya adalah cara yang tepat untuk mensyukurinya. Kribo toh bukan sswtu yang buruk. :D

    ReplyDelete
  3. ahaha,,, biarkan rambut mengurai jalannya sendiri. yg berliku itu nyeni. hidup kribo ;)

    ReplyDelete
  4. Rambutnya keren, mas. :D
    Salam kenal..

    Aditya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bu RT, Our Mother who art in Gang Pertolongan

kenapa saya keluar seminari ?

Kita Masih Terlalu Muda Untuk Mati