Kekasih dewi anjani –potrait porter senior gunung rinjani-
(“saya pingin rasanya bisa bahasa inggris, pingin ngobrol ma bule-bule yang saya antar” celotehnya sambil tertawa, saat melihatku sesekali mengobrol dengan 4 cewek belanda di dalam tenda. Maka dengan senang hati aku ajak ia bergabung dengan rombongan kami, dengan aku menjadi interpreter keduanya. Dan malam itu ia tersenyum lega karena cewek-cewek belanda itu sangat menikmati masakannya.)
Apa yang membuatku ingin kembali ke rinjani? Berdiri di Puncak gunung aktif tertinggi kedua di indonesia? Danau Segara anak? kolam air panas? Sabana kuning keemasan? Hutan hujan basah? Satwa-satwa langka yang dapat ditemui sepanjang jalan? Air terjun sindang gila? Atau kebudayaan sasak di kakinya? Ya itu sebagian besarnya yang selalu kurindukan. Tapi bukan itu alasan utamaku masih berniat mendaki lagi rinjani, yang perjalanan menuju lombok dan mencapai puncaknya memakan waktu berhari-hari dan menelan biaya sangat besar bagi ukuran mahasiswa miskin kota yogyakarta. Karena alasan terkuat s...