Untuk surat wasiat berjalan
(Karena padanya ia titipkan semua rahasia terbesar dirinya, yang tahu semua endapan rasa bersalah di relung hatinya, yang tahu semua fosil perasaan tak sempat tersampaikan di hati kecilnya, yang tahu rahasia dan kebohongan kecil yang pernah ia lakukan dan semakin hari semakin besar rasa ingin ia beri tahu orang yang pernah menjadi korbannya.)
Tempat itu tidak biasanya sepi, lelaki itu yang seringkali harus memesan tempat terlebih dahulu sebelum datang, kali ini bisa leluasa memilih tempat yang ada, mungkin karena lebaran sudah sangat dekat dan mahasiswa –mahasiswa di Yogyakarta sudah lama pulang ke kampong halaman, dan selalu seperti biasanya, ia memilih meja bundar di dekat jendela yang selalu basah karena air terus mengalir, membuat suasana sedikit terlihat basah, walaupun malam ini, malam-malam musim kemarau, tanpa angin, tapi udara dingin menembus daging, menyelusup jaket windproof yang sudah tidak tahan angin, yang ia pikir lebih dingin daripada AC di dalam cafĂ© it