Posts

Showing posts from July, 2013

Danau Maninjau – Saujana Air Mengharu Biru

Image
Danau vulkanik yang menghadirkan panorama menakjubkan, rentetan rumah gadang dan beragam aktifitas alam bebas. Jangan terheran kalau sisi puitis dalam hati tiba-tiba hidup kembali. Berada 36 kilometer dari Bukittinggi, Danau Maninjau sudah menantang kesungguhan setiap orang yang ingin mengencaninya. Selepas kota Bukittinggi, motor yang saya kendarai harus berkali-kali memacu tenaganya keras-keras saat melintasi jalan penuh tikungan dan curam menanjak. Namun, ketegangan itu terbayar sejak di awal perjalanan. Jalanan mulus membawa kami melintasi ngarai-ngarai, sawah menguning, deretan rumah-rumah Gadang, hutan menghijau dan udara yang sejuk. Selepas jalan yang tak lelah memberi tanjakan, keahlian mengemudi kembali ditantang dengan jalan menurun yang dihiasi 44 kelokan tajam dan curam, biasa disebut Kelok 44. Di satu sisi sangat menyenangkan bisa merasakan sensasi ngebut dengan harus memiringkan motor. Namun, rasa ngeri segera menghantui saat membayangkan laju motor tak t

Bukittinggi - Nasi Kapau Uni Lis, Menu Spesifik Gulai Tanjung

Image
Nasi Kapau dari Nagari Kapau siap memuaskan hasrat kuliner kita, bumbunya lebih mantap dari Nasi Padang yang sudah mantap. Gulai Tunjang adalah menu yang wajib dicoba. Lalu Nikmat apalagi yang kau cari di Bukittinggi? “Kau tidak resmi ke Bukittinggi kalau tidak coba Nasi Kapau” ucapan seorang travel blogger yang berasal dari Sumbar itu mengiang-ngiang ketika saya menyusuri jalan di samping Kebun Binatang. Tujuan saya adalah pasar atas, setelah mendapat rekomendasi dari pemilik hotel tempat kami tinggal, maka saya putuskan untuk mencicipi makanan legendaris itu di Pasar Atas, di Warung Uni Lis. Selewat kebun binatang, tepat di depan masjid agung, tibalah saya di tempat tujuan. Mendekati pasar, sudah terpampang papan nama beberapa Warung Nasi Kapau, milik Uni Lis bertuliskan “Menu Spesifik Gulai Tunjang”. Perut yang keroncongan langsung tambah berbunyi nyaring akibat membayangkan rasanya. Baskom-baskom penuh lauk berjajar teratur di meja bertingkat, warnanya menggoda

Pantai Klayar - "Monumen Megalitikum" Pahatan Alam

Image
Berada di selatan Kota Pacitan, Pantai Klayar dengan bukit-bukit yang dipahat angin dan garam serta pasirnya yang memilki dua warna menjadi pesona yang memanggil pejalan dari penjuru Indonesia. Ombaknya juga tersohor di telinga peselancar dunia. Walaupun hanya berada 45 kilometer dari kota Pacitan, bukan hal yang mudah untuk mencapai pantai ini. Setelah berkendara kurang lebih tiga setengah jam dari Yogyakarta, kami akhirnya menemui penunjuk arah menuju pantai Pacitan. Dibuka dengan jalan aspal sempit, kendaraan bongsor kami sudah memakan lebih dari separuh jalan. Saya, Blesta dan Orsi, teman dari Hungaria, berkali-kali menahan nafas saat berpapasan dengan mobil lain. Semakin ke dalam, kondisi jalan semakin parah. Berkali-kali kami menghadapi jalan berbatu dengan tanjakan curam dan berkelok. Seringkali saya harus menjejak rem dalam-dalam serta memadukannya dengan gigi satu. Lebar jalan yang tidak seberapa dipersempit dengan aat-alat berat yang didatangkan sekedar untuk menam

Bukittinggi – Martabak Kaka, Kesejatian Cita Rasa Empat Generasi

Image
Dari seporsi martabak terkandung cerita tentang pertemuan budaya, keramahan penduduk, juga kesetiaan menjaga cita rasa dari generasi ke generasi. Langit beranjak gelap, saat saya memasuki lagi Kota Bukittinggi. Dari Jam Gadang, Langkah menuju jalan menurun yang diapit oleh jajaran penginapan. Pilihan menyurusi  jalan yang disebut Kampung China ini memang bukan tanpa tujuan. Ditemani perut yang keroncongan, saya mencari Martabak Kaka, martabak telur paling legendaris di Bukittinggi. Tak lama berjalan, setelah melewati rumah makan padang yang ramai, dan gardu listrik yang dijaga anjing Labrador, saya menemui jalan bercabang tiga. Tak disangka, pada pertigaan inilah Martabak Kaka berada. Warung sederhana yang dari luar tampak biasa saja, seperti kalah bersinar dibanding gerobak sate padang dan martabak kubang yang berbaris di halaman depannya. Namun, ketika saya benar di ambang pintu, diri serasa ditarik pusaran waktu. Dilengkapi dengan meja dan kursi kayu berwarna coklat ke

Lain ladang, lain belalang. Lain negara, lain cara makannya.

Image
Makan bukan hanya sekedar mengenyangkan perut, karena makan juga bisa menjadi cara kita memandang hidup. Kenapa? Di dalam makanan bukan hanya terkandung gizi yang dibutuhkan tubuh, tapi terkandung nilai budaya, geografis dan kondisi sosial di setiap daerah asal makanan tersebut. sumber foto: weblogs.baltimoresun.com Saya belum pernah ke luar negeri, tapi pertemuan dengan banyak pejalan dari negara lain membuat saya belajar tentang kebudayaan mereka, salah satu yang membuat saya tertarik adalah makna cara mereka menyantap makanannya. Terima kasih kepada social media pejalan seperti Couchsurfing dan Hospitalityclub, karena keberadaan dua web tersebut saya bisa berinteraksi dengan banyak pejalan dari berbagai negara yang saya host di kos. Suatu hari, saat makan bersama di Restoran Chinese Food favorit saya, Xavier, seorang pejalan perancis, dengan rambut brunette dan mata coklat, bertanya apa makanan yang saya pesan kurang enak. Saya sempat bingung dengan pertanyaan ters

Bukittinggi - Lubang Jepang, Saksi Bisu Kerja Paksa

Image
Di balik Taman Panorama yang hangat, ramah dan indah, terdapat Lubang Jepang yang kelam, menyimpan kenangan memilukan kerja paksa, atau yang biasa disebut Romusha. Seketika memasuki Taman Panorama , kita akan langsung disambut Patung dua orang berseragam tentara jepang. Penunjuk mengarahkan langkah pada tangga yang mengular ke bawah, tak lama saya tiba di mulut gua, yang menjadi saksi sejarah pendudukan Jepang atas Bukittinggi ini. Kulit terasa dipeluk hawa dingin dan lembab seketika saya menuruni tangga menurun. Tekanan udara di dalam gua yang berbeda dengan di luar menjadikan angin sibuk hilir mudik menabrak pelancong yang mengunjungi gua ini. Cahaya redup lampu neon membimbing agar kaki tidak salah melangkah. Di ujung jalan menurun, saya menemui persimpangan yang mengarahkan pada ruangan-ruangan yang berbeda. Saya putuskan untuk mengambil jalan ke kiri terlebih dahulu. Pikiran mengawang, coba merekonstruksi kegiatan di sini. Lubang yang pengap, diisi oleh ratusan tawa

Bukittinggi – Taman Panorama, Ruang Terbuka Hijau Kota

Image
Matahari mulai sedikit condong ke barat saat sepiring nasi kapau sudah ludes, tuntas dipindahkan ke dalam perut. Tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang sempit, saya langsung menuju jenjang yang merupakan jalan pintas dari Pasar Atas ke Kampung Cina. Melewati Pertigaan tempat Martabak Kaka, saya melangkah di jalan menanjak yang di kiri-kanannya disesaki penginapan. Setelah berjalan kurang lebih 500m, saya tiba di Panorama Park, harga tiketnya Rp.5000. Dari sini, kita bisa melihat pemandangan Ngarai Sianok yang legendaris. Sungai berkelok-kelok di antara perbukitan kapur, pepohonan hijau saling mengisi dengan tanah yang berwarna keemasan disiram cahaya mentari sore. Gunung Marapi jadi latar, menyempurnakan keagungan pemandangan alam yang ada.  Bila sedikit jeli, kita bisa menemukan tembok besar membelah lebatnya hutan di tepi ngarai. Masyarakatnya menyebutnya Great Wall, tidak salah, sekilas memang mirip tembok besar di China, dalam skala jauh lebih kecil tentunya. Sayang, saya  t

Perjalanan Untuk Belajar Memaafkan

Image
Seringkali, perjalanan kita tidak semulus yang diharapkan. Banyak kejadian yang di luar dugaan. Hal tersebut, kecil atau besar, menimbulkan kemarahan yang pada akhirnya mengganggu kenikmatan perjalanan. Tapi apa harus rela kebahagiaan itu diambil orang lain begitu saja? “True forgiveness is when you can say, "Thank you for that experience.”  ―  Oprah Winfrey   photo by: Dewi Pelita Banyak kejadian tidak menyenangkan yang mungkin menimpa kita selama perjalanan, bahkan mungkin saat akan memulainya. Teman yang tiba-tiba membatalkan janji, penjual makanan yang mematok harga setinggi langit, pengamen yang meminta uang dengan setengah memaksa, pengelola hotel yang memberi pelayanan buruk, dan lainnya. Paling menyakitkan, saat teman sepanjang perjalanan, berbeda pendapat dan memutuskan untuk berpisah di titik kita tidak ingin merasa sendirian. Kita mungkin marah, kecewa, dendam, memaki-maki keadaan. Muncul pertanyaan, apa tindakan kita memperbaiki keadaan? Haruskah  kem