Danau Buyan dan Keluarga Baru
Rendah riuh suara rombongan remaja membantu kesadaran untuk
lebih cepat siaga dari tidur lelap. Saya termangu sejenak, lalu segera
membereskan sleeping bag, lalu menggaruk-garuk bagian tubuh yang gatal. Sambil
melongok ke luar tenda, teman-teman sudah mulai menyeduh kopi dan mengudap
cemilan. Saya masih terheran-heran, mereka baru mulai masuk tenda sekitar jam
tiga pagi tapi sudah bisa bangun jauh lebih awal dari yang lain, garis hitam di
bawah mata mereka sudah lebih dulu menjawab pertanyaan tadi.
taken by Smartfren Andromax C |
Saya masih coba mereka ulang kenapa saya bisa sampai
bermalam di tenda ini, bersama teman-teman baru yang sangat akrab serasa sudah
kenal begitu lama. Sekitar 10 hari lalu saya tiba di Bali, dalam perjalanan di
kereta Sri tanjung, saya diperkenalkan oleh admin Kaskus Traveller pada dua
orang pejalan yang juga tinggal di Bali, Rara dan Mosoklali. Setelah pertemuan
dengan Rara disaksikan penjual nasi Jinggo di daerah Dalung, saya dibawa
olehnya pada Komunitas Backpacker Indonesia Regional Bali di angkringan di
daerah Denpasar. Hari Selanjutnya, kami sudah touring ke Danau Buyan di daerah
Bedugul untuk mengikuti gathering, yang diadakan semalam.
taken by Smartfren Andromax C |
Semalam, bulan sabit menggantung jumawa di atas danau, tak
mau hanya sekedar menerima maka danau itu juga memantulkan cahayanya ke atas.
Keheningan alam yang anggun itu mengiring kami semua yang asyik bercakap-cakap
di sekeliling api unggun. Anjing melolong-lolong di kejauhan, tapi kami tidak
merasa ngeri. Kehangatan persahabatan juga panas api memberanikan kami. Sayang,
mendekati tengah malam, segerombolan anak muda menyalakan kembang api yang
meletup sempurna di atas permukaan danau. Kami terpana, kami suka, tapi kami
kehilangan momen berharga, yaitu keheningan alam yang selalu menyanyikan
musiknya sendiri.
Taken by Smartfren Andromax C |
Danau Buyan berada pada ketinggain XXXX mdpl, ia dikelilingi
hutan yang masih terjaga, monyet-monyet juga masih damai hidup di sana. Memang
ia kalah terkenal dibandingkan danau-danau lain di sekitarnya. Tapi, karena
itulah kami suka. Di beberapa sudut danau, orang asyik memancing, beberapa
orang yang punya cukup dana memilih untuk memanen ikan dari atas perahu. Saya
memilih untuk mengelilingi danau, menelusuri hutan, dan mengamati burung-burung
yang asyik berkicau. Saat dahaga mulai menyiksa, saya kembali ke tenda, untuk
merapikan tenda dan mengemas barang-barang.
Acara belum selesai tapi baru saja dimulai, setelah tuntas
melahap bubur kacang ijo karya seorang chef restoran terkenal di daerah
Seminyak yang adalah ketua komunitas ini, tak lama kami mulai acara outbond sederhana. Canda
tawa bergumul dengan matahari yang makin senang menumpahkan cahaya. Alam selalu
memberi tanpa meminta, maka kami juga harus selalu menjaganya. Acara ditutup
dengan kegiatan Bersih Danau, kami coba untuk mengambil sampah-sampah yang bertebaran
di tepi danau, supaya kebersihannya tetap terjaga. Kami heran, masih ada saja
orang yang tega mengotori danau cantik ini dengan sampah plastik. Padahal,
tempat sampah ada di mana-mana dan papan peringatan sudah dipasang besar-besar.
Dalam perjalanan pulang, saya mengerti, selalu ada sahabat
untuk orang yang mau membuka diri.
suka sangat dan mengamini kalimat penutupnya.."selalu ada sahabat untuk orang yang mau membuka diri" :)
ReplyDeletesampai kapan mas di bali?
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete